Maumere, KN – Bertempat di ruang rapat utama kantor bupati Sikka, Minggu (11/9/2022), Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat memimpin high level meeting Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID).
Ikut mendampingi Gubernur, Bupati Sikka, Fransiskus Roberto Diogo, Deputi Kepala Bank Indonesia Perwakilan NTT, Daniel Agus P, Direktur Utama Bank NTT, Harry Alexander Riwu Kaho. Sementara hadir anggota DPR RI, Ny. Julie Sutrisno Laiskodat, seluruh Bupati se-daratan Flores, Lembata dan Alor serta Deputi Bidang Agribisnis Kemenko Perekonomian, para Camat dan Kepala Desa dan penyuluh pertanian se-Kabupaten Sikka.
Saat itu Gubernur VBL menegaskan bahwa bukan rahasia lagi jika ssaat ini ada ratusan juta manusia di dunia yang kelaparan, bahkan hampir 50 negara di dunia dinyatakan bangkrut, atau sistem perekonomiannya runtuh.
Inilah yang membuat pemerintah provinsi harus bergerak cepat menjari jalan mengantisipasi ancaman bencana kelaparan tersebut.
“Bank NTT mampu menjawabnya yakni mereka bekerjasama dengan Dinas Pertanian kita menghadirkan aplikasi B’Pung Petani yang punya manfaat besar untuk banyak pihak terutama ketika menghadapi krisis pangan global. Kita sangat butuh aplikasi seperti ini. Sehingga kita tinggal masuk dalam aplikasi ini, maka kita bisa mengetahui mana daerah yang surplus pertanian dan mana yang defisit,” tegas Gubernur Viktor.
Ditambahkan pendiri Partai Nasdem itu, mengutip apa yang disampaikan Dirut Bank NTT Harry Alexander Riwu Kaho dalam materinya bahwa Satgas Penanggulangan Pangan harus terus masuk dan mengecek perkembangan kondisi di masyarakat petani melalui aplikasi.
“Kita membuat aplikasi dan ini harus terdigitalisasi dengan baik sehingga daerah-daerah ini dapat kita identifikasi, mana yang surplus dan mana defisit. Mana panen berlimpah dan mana gagal,”ujar Viktor menambahkan kerja keras memang harus dilakukan apalagi Presiden RI mengharuskan NTT sebagai lumbung jagung, sorgum, dan dia menambahkan kelor.
“Kita akan masuk dalam kondisi buruk, itu pasti. Bagi manusia yang berpengetahuan kita harus menyiapkan itu. Kita harus memastikan warga yang berkekurangan kita ini masuk dalam kondisi yang baik. Oktober itu saya mau semua kabupaten kecamatan dan desa sudah punya data jagung, sorgum dan kelor berapa ratus ribu hektar. Kalau tiga saja ini kita jaga dengan baik maka kita bisa bertahan,” jelas Viktor.
Kepada seluruh bupati, diminta untuk mendata wilayahnya secara baik apalagi yang surplus agar menggunakan mekanisasi pertanian sementara bagi yang defisit, dicari pola terbaik untuk ketahanan pangan menghadapi situasi terburuk nanti.
Sementara itu, Dirut Bank NTT Alexander Riwu Kaho menjelaskan Bank NTT Bekerja sama dengan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan telah mendesain Aplikasi B-Pung Petani. Aplikasi ini membantu petani dalam pengembangan kemandirian dan keunggulan komoditi lokal.
“Aplikasi ini menjawab persoalan oleh para petani. Validitas datanya by name by adress, komoditi, luas lahan, kebutuhan bibit, pupuk, hortikultura, tanaman pangan ataupun perkebunan itu terintegrasi dengan baik,” kata Alex Riwu Kaho.
“Sehingga dalam master planning itu bisa membantu dalam sisi mengatasi masalah ketahanan pangan jangka pendek menengah dan panjang maka secara berkelanjutan kerja kita memberikan informasi kepada pemerintah, stakeholder, masyarakat, petani dan pasar utk terjadi hubingan kerja sama baik antar daerah yang surplus atau defisist sehingga kebutuhan ketahanan pangan bisa terakomodir dengan aplikasi ini,” imbuhnya. (Humas Bank NTT)