Festival Leva Nuang Program Mandul, Diaspora Lamalera Sepakat Tolak!

Pemkab Lembata harus malu ke Lamalera, karena kondisi infrastruktur jalan sangat buruk, dan tidak pernah diperhatikan pemerintah.

Diaspora Lamalera, Alvino Lamaberaf (kiri) dan Jhon Oleona (kanan) (Foto: Istimewa)

Kupang, KN – Masyarakat Desa Lamalera, Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT) menolak keras rencana Pemerintah Daerah (Pemda) Lembata melaksanakan festival Leva Nuang di Desa Nelayan Lamalera.

Festival itu direncanakan akan dilaksanakan pada tanggal 27 April sampai 1 Mei 2022 mendatang. Warga menganggap festival itu tidak layak dilaksanakan, karena bertepatan dengan pembukaan misa Leva, dan prosesi adat lainnya.

Salah satu warga diaspora Lamalera, Alvino Lamaberaf menilai Festival Leva Nuang yang direncanakan itu merupakan sebuah program mandul dari Pemerintah Daerah (Pemda) Lembata.

“Ini namanya program mandul tahunan Pemda Lembata. Karena tidak ada yang dihasilkan atau diperoleh secara signifikan dalam pembangunan pariwisata, ekonomi dan infrastruktur,” tegas Lamaberaf, Rabu 30 Maret 2022.

Menurutnya, Lamalera itu sedikit berbeda dalam tradisi Leva Nuang, sehingga Pemda Lembata tidak serta merta membuat kegiatan upacara pertunjukan seperti Festival Pemda Lembata.

“Waktunya sangat tidak tepat, karena bertepatan dengan hari sakral bagi orang Lamalera, yang harus dijaga suasananya. Pemda harus bisa membedakan. Mana yang bisa dipertunjukan dan mana yang tidak bisa,” tegasnya.

“Jadi kebijakan, keputusan dan program seperti ini harus diterjemahkan, serta dipertimbangkan sesuai kondisi wilayah lokal setempat,” jelas Alvino menambahkan.

Festival itu, kata dia, bisa saja mengalihkan perhatian masyarakat Lamalera, saat melaksanakan upacara musim Leva (melaut). “Karena orang akan lebih fokus dipertunjukan, bukan pada makna seremonial adat Leva Nuang,” terangnya.

Tanpa festival, Desa Lamalera sudah dikenal luas, hingga ke manca negara, dan para wisatawan akan datang dengan sendiri, tanpa promosi seperti upacara pertunjukan tersebut.

“Harusnya, yang paling penting itu bangun infrastruktur ke Desa Lamalera. Kalau saya Pemda, saya malu datang ke Lamalera untuk buat festival, sementara kondisi jalan menuju kampung itu sangat buruk,” ungkap Alvino.

BACA JUGA:  Percepat Penanganan Stunting, Pemkot Kupang Gelar Rembuk Stunting

Meski demikian, Alvino mengembalikan semuanya ke para pemangku kepentingan di Desa Lamalera untuk lebih cermat melihat, menerima dan memepertimbangkannya.

“Karena semua ini demi kebaikan, dan menjaga Leva Nuang tidak mandul di tahun ini,” pungkasnya.

Sementara warga diaspora Lamalera lainnya yang ada di Kota Kupang yaitu Jhon Oleona mengatakan, pihaknya sepakat untuk menolak even Festival Leva Nuang di Lamalera.

Menurutnya, penolakan ini telah disampaikan langsung kepada Bupati Lembata Thomas Ola Langoday.

“Saya sudah kontak (via WhatsApp) langsung ke Bupati Lembata. Bupati sendiri menyampaikan bahwa beliau tidak tahu,” jelas Jhon Oleona.

Ia menjelaskan, pihak Dinas Pariwisata Lembata yang dihubungi pun menyampaikan bahwa mereka hanya menyiapkan konsumsi di rumah adat.

Namun Jhon meminta Pemkab Lembata untuk sebaiknya jangan membuat kegiatan yang bisa mengurangi konsentrasi masyarakat Lamalera saat upacara Tobu Namafata dan Misa Leva.

Kata Jhon, kegiatan pemerintahan seperti peresmian rumah internet di Lamalera saat upacara Misa Leva atau sebelum itu, bisa berdampak tidak baik terhadap musim Leva selama satu musim ke depan.

“Misa Leva itu semua konsentrasi ke Pantai. Nanti kehadiran Bupati bisa memecah konsentrasi Misa Leva, karena pasti ada penjemputan dan lain-lain,” ucapnya.

Karena itu, semua pihak sepakat untuk menolak kegiatan Festival Leva Nuang di Lamalera saat upacara pembukaan musim Leva pada bulan Mei mendatang.

“Kami semua sepakat untuk tolak. Tidak ada alasan untuk menggelar kegiatan pemerintahan saat Misa Leva karena itu sakral. Kita serius untuk tolak,” tegas Jhon. (*)