Bisnis  

OJK Dukung Festival PAD dan Desa Binaan Bank NTT

Jadi ajang literasi dan inklusi keuangan.

Kepala OJK Provinsi NTT Robert H. P. Sianipar saat memberikan keterangan kepada wartawan pasca launching Festival PAD dan Desa Binaan Bank NTT di Hotel Aston belum lama ini (Foto: Ama Beding)

Kupang, KN – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Provinsi NTT mendukung kegiatan Festival PAD dan Desa Binaan yang diselenggarakan Bank NTT. Dua event besar itu merupakan wujud komitmen Bank NTT dalam mendukung peningkatan ekonomi rakyat.

“Ini salah satu langkah yang baik. OJK bersama lembaga jasa keuangan mendukung. Karena festival ini salah satu bentuk literasi dan juga mendorong inklusi keuangan rakyat,” ujar Kepala OJK Provinsi NTT, Robert H.P Sianinpar kepada wartawan, Senin 21 Maret 2022.

Menurtnya, sinergitas dan kerjasama antara Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bank NTT adalah untuk melakukan percepatan akses keuangan kepada seluruh lapisan masyarakat di NTT.

“Jadi dengan adanya Festival Desa Binaan dan Festival PAD ini sejalan dengan rencana kita, bagaimana meningkatkan akses keuangan. Jadi OJK menyambut baik acara ini,” jelasnya.

Terkait kinerja positif  Bank NTT yang membukukan laba sebesar Rp100 Miliar, Robert menjelaskan bahwa itu merupakan capaian bagus bank untuk menambah modal inti sebesar Rp3 Triliun.

“Ini kan satu program bagaimana pencapaian modal inti Rp3 Triliun, dan juga meningkatkan perolehan laba untuk memupuk modal secara organik,” pinta Robert.

Para pemegam saham, kata dia, harus berkomitmen agar pada tahun 2024 mendatang, Bank NTT harus sudah memiliki modal sebesar Rp3 Trilun, sebagai salah satu syarat menjadi bank devisa.

BACA JUGA:  Doa dan Berkat Uskup Atambua untuk Dirut Bank NTT Alex Riwu Kaho

“Tentunya bank sudah memiliki time line. Jadi setoran modal bisa dijalankan secara konsisten, supaya pada waktunya bisa mencapai target Rp3 Triliun. Para pemegang saham harus komitmen untuk menambah modal,” ungkapnya.

Robert menjelaskan, OJK sangat mendukung keinginan Bank NTT jadi salah satu bank devisa. Namun kesehatan bank harus tetap diperhatikan. Pembinaan rutin terus dilakukan, dengan memantau rencana bisnis dari Bank NTT.

“Tentunya kita terus mengawal. Tidak semata mata mencapai bank devisa. Tetapi secara umum bank harus sehat, terutama di situasi pandemi ini, bagaimana bank itu bisa survive,” terangnya.

“Walaupun kondisinya belum sepenuhnya pulih, dia bisa berperan untuk mendorong ekonomi rakyat. Dan pada giliran kalau bank itu sehat, secara bertahap mau mencapai bank devisa, saya kira sah sah saja,” jelas Rober menambahkan.

Ia menambahkan, untuk mencapai bank devisa, Bank NTT wajib membuat kajian yang komperhensif, terkait cost benefit nya untuk menjadi salah satu bank devisa.

“Sehingga, ketika syaratnya sudah terpenuhi, statusnya sebagai bank devisa itu benar-benar membawa manfaat buat bank dan perekonomian secara luas,” tandasnya. (*)