Ruteng, KN – Sungguh malang nasib Getrudis Sinar (52). Ia memiliki beban hidup yang terbilang sangat amat berat. Wanita yang tinggal di Kelurahan Lawir, Kabupaten Manggarai itu, menjalani hidup dengan segala keterbatasan.
Selain harus bekerja menafkahi empat orang anaknya, Getrudis juga adalah seorang wanita yang tekun merawat salah satu ODGJ (Orang Dengan Gangguang Jiwa), yang tidak lain adalah anak sulungnya sendiri.
Getrudis menikah dengan Bonefasisus (Alm), dan mereka dikaruniai 4 orang anak diantaranya, Yakobus Gregorius Mugar (24) yang sedang mengalami gangguan jiwa, Agustinus Handrifan (21), Theresia Anjelita Jehuman (17) dan Yohanes Armando Jehuman (14).
Meski telah memiliki empat orang anak yang mulai beranjak dewasa, namun mereka belum memiliki pekerjan tetap untuk bekerja membantu Getrudis mencari nafkah.
Agustinus Handrifan sampai saat ini masih belum mendapatkan pekerjaan, meski telah menyelesaikan pendidikannya di Sekolah Menengah Atas (SMA).
Agustinus bahkan tidak bisa melanjutkan kuliahnya, karena keterbatasan biaya. Sebelumnya ia pernah bekerja selama 1 tahun di salah satu hotel di Denpasar, Bali.
Namun setelah pandemi Covid-19 pihak hotel meminta agar semua karyawan dirumahkan. Agustinus pun memilih untuk pulang ke kampung halamannya.
Berbeda dengan Agustinus. Anak ketiga Getrudis yaitu Teresia Anjelita Jehuman saat ini sedang menempuh pendidikan di SMAN 1 Ruteng, dan duduk di bangku kelas XII.
Meski hidup dalam keterbatasan, Enjel tetap semangat menimbah ilmu untuk masa depannya, sembari berdoa agar sang ibunda tetap tegar untuk menuntunnya, dalam menggapai cita-cita.
Putra bungsu Getrudis yaitu, Yohanes Armando Jehuman saat ini sedang mengenyam pendidikan di kelas IX, SMPN 4 La’o Ruteng.
Getrudis telah melakoni perjuangan hidup sebagai seorang ayah untuk mencukupi kebutuhan 4 orang anaknya, sejak ditinggal suaminya pada tahun 2017 silam.
Ia pun harus harus banting tulang, mengolah lahan pada kebun pribadinya yang berjarak sekitar 1 Km dari rumah, dengan ukuran sekitar 30×800 meter untuk usaha menanam Wortel.
“Saya usaha Wortel saja untuk menutupi kebutuhan kami. Wortel ini saya bawa ke pasar untuk dijual. Hasilnya kami bisa pakai beli beras dan memenuhi kebutuhan anak saya,” kata Getrudis kepada Koranntt.com, Rabu 29 September 2021.
Selain Wortel, ia juga sempat membuka usaha menjual bensin di depan rumahnya. Tetapi karena tidak diberi izin oleh Pertamina, ia akhirnya memilih berhenti, pasalnya ia tidak mengantongi surat izin menjual bahan bakar minyak.
Anjangsana PJM
Pada Rabu 29 September 2021, Koranntt.com dan beberapa media lainnya yang tergabung dalam organisasi Persatuan Jurnalis Manggarai (PJM) bertandang ke rumah Getrudis.
Kepada awak media, Getrudis mengaku saat ini dirinya kekurangan biaya untuk mengobati anak sulungnya yang sedang mengalami gangguan jiwa. Sedangkan bantuan pemerintah ia terima dalam bentuk BLT Covid-19.
“Dapat bantuannya hanya BLT Covid-19 saja pak, sebelumnya tidak ada,” ungkap Getrudis sembari meneteskan air matanya.
Dalam kesempatan anjangsana itu, tim PJM juga menemui Enjel, putri Getrudis yang saat ini sedang mengenyam pendidikan di bangku SMP.
Kepada wartawan, Enjel bercerita soal ibunya. Ia merasa begitu banyak perubahan pada ibunya, sejak kakak sulungnya Gery yang sebelumnya dirawat di Klinik Renceng Mose kembali ke rumah.
“Kak, akhir-akhir ini mama sering sakit. Minggu lalu dia ke dokter, katanya ada gangguan di hati. Mama pernah kena struk ringan. Kami tau, mama sudah lelah sekali, tetapi ia tidak pernah cerita kepada kami,” kisah Enjel.
Menurut Enjel, beban kehidupan keluarganya memang makin hari makin berat. Ibunya berjuang sendiri, membiayai kebutuhan makanan, pendidikan, dan obat kakak sulungnya.
Ia berharap, kelak pemerintah atau siapa pun bisa membantu meringankan beban hidup keluarganya, terutama biaya untuk perawatan kakak sulungnya. (*)