Opini  

Jangan Salah Menilai Kedatangan Presiden Jokowi di Nian Sikka

Yohanes A. Loni

Masyarakat dan Ormas Itu Baik
 
Organisasi masyarakat seperti PMKRI, GMNI, HMI dan beberapa ormas lainnya di Kab. Sikka sangat mengharapkan kehadiran Jokowi.  Bahkan sebelum presiden Jokowi kunjung ke Kab. Sikka memberikan dukungan penuh  untuk meresmikan bendungan Napun Gete. Ketua presidium PMKRI Cab. Maumere mengatakan kedatangan Jokowi merupakan sebuah kerinduan yang besar dari segenap masyarakat Kab. Sikka. Tapi toh? Mengapa selesai persemian banyak para aktor politisi di Indonesia mengkritik seakan-akan presiden Jokowi dipersalahkan.
 
Saya pun sejenak merenung sambil minum seruput kopi ahit Manggarai Timur? Bukannya kedatangannya Jokowi merupakan kerinduan masyarakat Kab. Sikka? Ataukah kedatangan presiden hanya membuat kekacuan dan kekecewaan  di Kab. Sikka.? Pada hemat saya Jokowi Datang bukan untuk mengumpulkan massa tetapi Jokowi datang hanya untuk meresmikan bendungan Napun Gete.
 
Setibanya bapak presiden Jokowi di Nian Sikka ratusan warga Sikka datang dan berjejeran sepanjang jalan untuk menyaksikan dan melihat secara langsung. Meskipun hanya melambaikan tangan. Itu semua merupakan bentuk kepedulian dan rasa sayangnya.
Masyarakat Kab. Sikka tahu dan sadar untuk mengikuti protokol kesehatan. saya berpikir masyarakat tidak bodoh. Masyarakat tahu ! mereka datang bukan untuk menyebarkan virus Corona tetapi mereka datang untuk melihat Bapak Jokowi datang pertama kali di Nian Sikka. Tentunya sebagai warga masyarakat Sikka pasti menyambut dengan antusias dan sorak sorai bergema sepanjang jalan.
 
Kalau pun banyak para politisi di istana mengkritik Jokowi yang katanya kerumulan. Ini bukan salah Jokowi. Tetapi ini masyarakat sendiri yang berkerumulan hanya ingin melihat Jokowi. Masyarakat datang juga selalu menggunakan masker.
 
Cobalah jika berpikir secara dengan akal sehat. Jangan mencari sensasi hal yang sebenarnya tidak diperdebatkan.
 
Memang ironi jika melihat kembali ke belakang di mana Jokowi menegaskan secara berulang-ulang untuk membubarkan kerumanan massa. Faktanya, dalam video yang beredar tersebut, aparat keamanan malah tidak bisa berbuat apa-apa. Padahal seharusnya mereka dapat mengantisipasi kerumunan tersebut jauh hari sebelum Jokowi tiba. Aparat juga bisa membubarkan massa yang datang sebelum membentuk sebuah kerumunan besar.
 
Apalah daya, kejadian itu sudah berlalu dan menjadi perbincangan hangat di berbagai platform media sosial. Andai saja peristiwa ini terjadi di masa normal, tentu momen itu menjadi simbol kecintaan rakyat kepada Jokowi. Bahkan simbol kedekatan relasi antara negara dan rakyat.
 
Sayangnya semarak kerumunan tersebut terjadi pada masa Covid-19. Bahkan terjadi pada saat angka infeksi covid-19 di NTT mengalami kenaikan pada beberapa minggu terakhir hingga mencapai 8.586 kasus.

BACA JUGA:  Menyoal Polemik Pergub NTT dan Nasib Petani Rumput Laut

Baca selanjutnya
Jokowi Sama dengan Rizieq?