Surabaya, KN – Lebih dari 70% anak dengan disabilitas dan kusta yang mengikuti kegiatan kesehatan reproduksi di Provinsi NTT telah memiliki pengetahuan yang baik tentang kesehatan reproduksi.
Hal ini disampaikan oleh Peneliti PR3I Unpad, Mawar Pohan dalam Seminar Nasional “Tubuhku, Milikku! Pemenuhan Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi bagi Anak dan Remaja dengan Disabilitas dan Kusta” yang digelar NLR Indonesia di Surabaya, Senin, 21 Maret 2022.
Seminar Nasional ini dihadiri secara tatap muka oleh Direktur Eksekutif NLR Indonesia Asken Sinaga, Ketua Komnas Disabilitas Dante Rigmalia, perwakilan Direktorat GTK Dikmensus Kementerian Pendidikan, Kebudayaan Riset dan Teknologi, 16 jaringan organisasi disabilitas, dan pegiat media, serta puluhan peserta lewat zoom.
Dari hasil studi evaluasi terhadap proyek 3 tahun “Tubuhku Milikku” dari NLR Indonesia, lebih lanjut diungkapkan bahwa di 4 daerah intervensi, tabu sekitar kesehatan reproduksi sudah pecah.
“Saat ini anak dan remaja dengan disabilitas, orang tua, dan mitra kerja proyek merasa lebih mudah berbicara tentang kesehatan reproduksi. Mereka dapat menyebutkan nama organ vital dengan kata yang sebenarnya, bukan dengan istilah seperti burung, dan lainnya. Tabu sudah pecah bagi mereka,” ungkap Mawar Pohan.
Berbagai perubahan positif lain telah dihasilkan oleh proyek Tubuhku Milikku ini meskipun sempat dihambat oleh Pandemi Covid-19. Anak dengan disabilitas berani melapor kepada guru apabila ada temannya yang melakukan hal yang tidak pantas.
“Dulu ada siswa yang dipegang payudara dan diam saja. Namun setelah mereka mendapatkan materi kesehatan reproduksi dari proyek Tubuhku Milikku, siswa sudah tahu bagian tubuh mana yang mereka harus jaga, mana yang boleh disentu dan mana yang tidak boleh disentuh,” lanjut Mawar Pohan.
Proyek Tubuhku Milikku berupaya meningkatkan pengetahuan dan akses layanan bagi anak dan remaja dengan disabilitas dan kusta terhadap hak kesehatan seksual reproduksi.
Proyek ini telah mendorong keterlibatan sekolah Inklusi, sekolah luar biasa, puskesmas, posyandu remaja, pemerintah desa untuk memberi edukasi lebih luas tentang kesehatan reproduksi dan menciptakan lingkungan yang aman bagi anak dan remaja dengan disabilitas dan kusta.
Proyek Tubuhku Milikku dilaksanakan di Ruteng, Labuanbajo, Kefamenanu dan Kupang selama 3 tahun (2018-2021). NLR Indonesia melatih 42 fasilitator local (guru, petugas Kesehatan, kader, orang tua dan pendamping), serta menjangkau 344 anak (264 anak dengan disabilitas, 12 anak yang pernah mengalami kusta dan 68 anak non-disabilitas) di 4 kabupaten/kota di Propinsi NTT.
Dua anak penerima manfaat menyampaikan rasa terima kasih atas proyek ini. Wilhelmina (18) asal NTT senang mendapat materi yang belum pernah diterimanya yaitu perbedaan bagian tubuh mana yang boleh dan tidak boleh disentuh. Wilhelmina juga diberi kesempatan luas untuk bicara tentang pengalaman kesehatan reproduksi di depan publik.
“Biasanya hanya anak non disabilitas diberi kesempatan bicara, tapi proyek Tubuhku Milikku memberi saya banyak kesempatan untuk tampil memberi testimony di berbagai kesempatan,” ujar Wilhelmina.
Sementara Geby (21) dari NTT yang pernah mengalami kusta mengharapkan keigatan pendidikan kesehatan reproduksi dapat diperluas ke semakin banyak anak dan remaja disabilitas di seluruh Indonesia.
Proyek Tubuhku Milikku ini telah mendorong berbagai pemangku kepentingan untuk menciptakan lingkungan yang aman bagi anak dan remaja. Di beberapa desa sudah disiapkan pembuatan rancangan peraturan desa tentang perlindungan dan pemberdayaan disabilitas. Di dalamnya termuat isu hak kesehatan seksual dan reproduksi anak dan remaja disabilitas.
Ketua Komnas Disabilitas Dante Rigmalia menyatakan siap bersinergi dan berkolaborasi demi melakukan pemantauan, evaluasi, penghormatan, perlindungan dan pemenuhan hak penyandang disabilitas dan kusta. (Nona)