Mengapa Diaspora Ende di Kupang Lebih Pilih Melki Ketimbang Ansy? Ini Alasannya

Cagub NTT Melki Laka Lena hadir pada acara silaturahmi bersama Diaspora Ende di Kupang. (Foto: Ama Beding)

Kupang, KN – Ketua Tim Relawan Laskar Kelimutu Agung Hermanus Riwu menyampaikan sejumlah alasan mengapa diaspora Ende di Kupang lebih memilih Melki Laka Lena ketimbang Ansy Lema. Padahal keduanya merupakan putra asal Ende.

Menurut Agung, pilihan dukungan yang jatuh kepada Melki-Johni adalah pilihan yang rasional. “Banyak yang bertanya kepada saya, kamu Ende ke siapa? Bahkan ada pernyataan-pernyataan yang sedikit menggelitik, kamu kok kelihatan diam, teduh, tenang. Tapi saya bilang orang Ende itu pemilih yang cerdas dan mengedepankan rasionalitas, hati nurani dan akal sehat,” kata Agung.

Agung mengatakan, hari ini adalah momentumnya di mana diaspora Ende di Kupang berkumpul untuk memilih yang terbaik yakni nomor 2 Melki-Johni untuk NTT 1.

Ia menjelaskan ada beberapa alasan mengapa orang Ende lebih memilih Melki Laka Lena. Menurut Agung, alasan pertama, adalah saat ini postur APBD NTT sedang tidak baik-baik saja.

Ditambah cicilan hutang yang membuat dana fiskal daerah terganggu. Karena itu, NTT membutuhkan penghubung yang handal untuk bisa membawa program dan anggaran ke NTT.

BACA JUGA:  Rakerda PDI-P, Hasto Kristiyanto Umumkan Ansy Lema Calon Gubernur NTT

“Jadi modal politik Melki-Johni sangat kuat. Dengan 11 parpol pendukung, dan kedudukan Pak Melki sebagai Wakil Ketua Umum Golkar, ada 12 orang Golkar di kementerian, belum Gerindra, PAN dan Demokrat. Begitu mudahnya membangun NTT,” tegas Agung.

Agung mengajak seluruh diaspora Ende di Kupang untuk menyatukan dukungan hanya untuk paslon cagub cawagub yang berasal dari koalisi pemerintah.

“Kata-kata boleh manis, program boleh manis, tapi kalau tidak didukung pemerintah pusat, hasilnya nihil. Itu alasan cerdas mengapa orang Ende memilih Paket Melki-Johni,” terangnya.

Agung menambahkan, di sisi lain, Johni Asadoma yang adalah calon Wakil Gubernur NTT berasal dari kalangan birokrasi yang pernah menjadi Kapolda NTT.

“Pengalamannya bisa dipakai untuk memimpin NTT. Sehingga birokrasi kita bsa digerakan untuk mendukung program Melki-Johni,” pungkas Agung. (*)