Perubahan Iklim Berdampak pada Sektor Pertanian, Ada Potensi Gagal Panen

Perubahan iklim akan sangat berdampak bagi masyarakat, khususnya para petani.

Said Abdulla (Foto: Yhono Hande)

Ruteng, KN – Perubahan Iklim akan berdampak sangat signifikan terhadap sektor pertanian. Dampak dari perubahan iklim, salah satunya cuaca, yang dapat mengancam kegagalan panen bagi para petani.

Demikian disampaikan Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan (KRKP) Said Abdulla, saat kegiatan visioning bagi kader muda atau Local Champion (LC) di Mbohang, Rabu 8 Juni 2022.

Kegiatan yang diselenggarakan mengusung tema ‘Membangun Mimpi Menuju Keadilan Iklim’, dengan mengundang narasumber yang berkompeten, salah satunya, Said Abdulla.

Menurutnya, perubahan iklim akan sangat berdampak bagi masyarakat, khususnya para petani. Karena, berdasakan kajian, perubahan iklim sudah terjadi, dan akan berdampak pada sektor pertanian.

“Menurut kajian, perubahan iklim ini sudah benar-benar terjadi di lingkungan kita. Tentunya akan berdampak terhadap gagal panen petani, karena kelangkaan air bersih dan pergeseran musim tanam,” jelasnya.

Ia menjelaskan, perubahan iklim jelas berdampak pada sektor pertanian, karena terjadi pergeseran musim tanam, sehingga para petani sulit memprediksi waktu yang tepat untuk bercocok tanam, sehingga berujung pada gagal panen.

“Resikonya petani tidak bisa prediksi. Contonya di Desa Wewo, Manggarai, dan Colol di Manggarai Timur. Dimana dua musim tidak pernah buah, karena perubahan cuaca. Sehingga berdampak terhadap pendapatan petani,” terangnya.

Meski demikian, Sahid Abdulah menilai belum ada kesadaran dari masyarakat, terutama generasi muda, terkait perubahan iklim yang sedang terjadi di lingkungan mereka masing-masing.

“Anak muda perlu bicara soal wacana. Tetapi pengen didorong untuk melakukan aksi di lingkungan mereka. Itu target besar kita,” ungkapnya.

BACA JUGA:  Kasus Dugaan Korupsi Terminal Kembur Manggarai, Keluarga Terdakwa Nilai Vonis Hakim Tidak Adil

Selain itu, kata dia, jika berbicara perubahan iklim di tingkat birokrasi, nasional harusnya tidak lagi berbicara konseptual, teori dan definisi. “Tetapi dibarengi aksi nyata, karena dampaknya sudah terjadi, sehingga anak muda yang akan menjadi pionir atau contoh,” ungkap Said Abdula.

Dia berharap kepada generasi muda yang turut berpartisipasi dalam kegiatan itu, untuk mengaplikasikan teori yang diperoleh kepada masyarakat di wilayanya masing-masing.

“Kita harap ketika pulang, bisa membangun jejaring, misalkan dengan BMKG dan Diskominfo Kabupaten, sehingga bisa dapat informasi ramalan cuaca, dan di informasi kepada para petani,” harapnya.

Abdula menambahkan, selain pada sektor pertanian, perubahan cuaca juga sangat berpotensi, akan berdampak pada kesehatan manusia. “Ada juga banyak orang sakit karena perubahan cuaca,” pungkasnya.

Kegiatan itu melibatkan 25 peserta dari enam desa yang tersebar dj wilayah Kabupaten Manggarai dan Manggarai Timur, antara lain, Desa Golo Worok, Tal, Wewo, Rai, Bangka Lelak dan Desa Colol.

Untuk diketahui, kegiatan itu merupakan kerja sama antara Yayasan Ayo Indonesia dan KRKP di bawah koalisi Pangan Baik yang beranggotakan Kehati, Yaspensel, Ayu Tani, Ayo Indonesia dan KRKP.

Selain itu, dijalankan juga oleh Koalisi Pangan Baik sebagai bagian dari kegiatan Koalisi Voices For Just Climate Action Indonesia yang di komando oleh Hivos. (*)

IKUTI BERITA TERBARU KORANNTT.COM di GOOGLE NEWS