Kisah Oma Neno yang Rela Jual Pisang, Demi Membayar Biaya Kuliah 2 Orang Cucunya

Cucunya Yoanika dan Mawarni, sedang menempuh pendidikan di Unwira Kupang, dan dibiayai Nelci Neno Meta dari hasil jualan pisang.

Oma Nenometan penjual pisang keliling sedang menjajakan dagangannya di Jl. Jenderal Sudirman Kuanino. ( Foto : Veronika)

Kupang, KN – Nelci Neno Meta (65), seorang wanita lanjut usia atau lansia, rela jualan pisang keliling Kota Kupang, demi menyambung hidup dan membiayai pendidikan dua orang cucunya Yoanika dan Mawarni, yang ia rawat sejak kecil, karena ditinggal orang tuanya.

Yoanika dan Mawarni, sedang menempuh pendidikan di Unwira Kupang, dan dibiayai Nelci Neno Meta dari hasil jualan pisang. Sebagian berkat disisihkan untuk biaya hidup, dan sisanya disimpan untuk membiayai pendidikan cucunya.

“Saya punya cucu kuliah di Unika. Yoanika baru-baru sudah wisuda, sedangkan Mawar nanti Maret baru wisuda. Saya senang. Walaupun hanya jualan pisang, saya bisa lihat cucu saya selesai kuliah,” ujar Nelci Neno, Senin 6 Februari 2023.

Saban hari keliling Kota Kupang, kucuran keringat dan lelah di wajah Nelci Neno tak bisa disembunyikan. Apalagi, dia selalu dihadapkan dengan terik matahari. Bahkan, kerap kali ia harus menahan rasa lapar dan haus. Sungguh bukan sesuatu yang nyaman di hari tuanya.

Wanita tangguh yang akrab disapa Oma Neno ini mengaku sudah jualan pisang sejak tahun 1994. Memasuki usia senja, Oma Neno tentu tak lagi memiliki tubuh dan langkah yang tegap. Tetapi ia masih semangat mencari nafkah untuk menyambung hidupnya.

“Saya jualan sejak tahun 1994. Jalan keliling mulai dari pasar inpres sampai dimana pisangnya habis baru saya pulang ke rumah,” ungkapnya.

Dengan tubuhnya yang kurus dan kulitnya yang sudah mulai keriput, ia tetap berjuang mencari nafkah. Setiap hari dia memikul belasan sisir pisang di bahunya untuk ditawarkan ke setiap orang yang ia jumpai di jalan.

Tidak seperti penjual lain yang hanya menjajakan jualan di lapak yang sudah disiapkan di pasar. Oma Neno justru beranjak dari kediamannya di Nekamese menuju Pasar Inpres Naikoten untuk membeli pisang, sebelum mengelilingi Kota Kupang untuk menjualnya.

“Jam 5 saya ke Pasar Inpres dan membeli pisang dengan harga Rp50 ribu untuk 3 sisir pisang, dan dijual kembali seharga Rp20 ribu per sisir,” ungkapnya.

BACA JUGA:  Pemprov NTT Dorong Vaksinasi COVID-19 Dipercepat

“Saya untung Rp10 ribu, tetapi tetap bersyukur karena dari hasil jualan ini saya bisa penuhi kebutuhan hidup setiap hari dan membiayai kuliah dua orang cucu saya,” tambahnya.

Dia menjelaskan, jika ia jualan di pasar, belum tentu pisangnya laku terjual, karena banyak pedagang yang berjualan disana.

“Saya masih kuat jadi biar saya jalan keliling supaya bisa tawar langsung. Karena dengan keliling begini pisang yang saya jual selalu habis,” jelasnya.

Oma Neno hanya mengisi perutnya apabila pisangnya sudah laku terjual. Ia akan terus jalan keliling menahan lapar dan haus demi mendapatkan uang untuk kebutuhan dua cucu kesayangannya.

“Saya pagi makan memang dari rumah, setelah jualan selesai baru saya beli nasi di warung dan makan. Kalau jualan belum habis, saya belum makan. Saya bisa tahan lapar dan haus, yang penting bisa dapat uang dan pisang laku terjual,” ungkapnya.

Kadang, kata dia, jam 12 atau jam 1 siang pisang sudah habis terjual, meski kadang juga sampai gelap baru habis. “Kalau pisang belum habis saya belum pulang. Harus jual kasih habis. Kalau tidak saya rugi. Dan kalau saya tidak bawa uang, cucu makan apa nanti,” terangnya.

Oma Neno mengakui bahwa dia akan berhenti jualan pisang keliling, jika suatu saat kakinya sudah tidak lagi kuat melangkah, dan bahunya tidak mampu memikul pisang untuk dijual.

“Kalau masih kuat saya akan tetap jalan keliling. Saya selalu katakan kepada cucu saya untuk tidak menyerah begitu saja. Tetap berusaha supaya bisa berhasil di kemudian hari. Selalu percaya Tuhan akan bantu dan berikan yang terbaik,” jelasnya.

Dia berharap agar kedua cucunya bisa berhasil di suatu saat nanti, dan berjanji tidak akan meminta balas jasa dari semua kerja keras yang sudah ia lakukan untuk mereka.

“Saya hanya berdoa semoga mereka berhasil dan bisa jadi orang yang bermanfaat bagi keluarga dan masyarakat,” tandasnya. (Veronika).