Kalabahi, KN – Asap tipis mengepul dari wajan besar yang terus menyala sejak pagi. Bau khas kedelai rebus menyambut setiap tamu yang datang ke tempat produksi Tahu Tempe Beldang, di sudut kota Kalabahi, Kabupaten Alor. Di balik kesibukan itu, berdiri sosok sederhana namun penuh tekad: Imanuel Maaf.
Tak banyak yang tahu, pria yang kini mempekerjakan belasan karyawan ini hanya menamatkan pendidikan hingga sekolah dasar. Tapi dari tangan dan semangatnya, puluhan ribu potong tahu dan tempe lahir setiap bulan, memenuhi kebutuhan pasar lokal dan bahkan merambah hingga ke kecamatan-kecamatan sekitar.
Kisah sukses Imanuel bukan hanya cerita tentang kerja keras, tetapi juga tentang bagaimana kolaborasi yang tepat bisa mengubah hidup seseorang. Ia menyebut Bank NTT Cabang Kalabahi sebagai “nafas kedua” bagi usahanya.
“Tanpa dukungan mereka, saya bukan siapa-siapa di Alor,” ujarnya sambil tersenyum, Senin (11/08/2025). “Mereka bantu bukan cuma uang, tapi juga kasih tahu cara atur usaha.”
Bank NTT memang bukan sekadar tempat meminjam uang bagi Imanuel. Lewat program pembiayaan UMKM, ia mendapat akses modal yang memungkinkannya membeli alat produksi, memperluas tempat usaha, hingga merekrut tenaga kerja. Tak hanya itu, ia juga mendapat pelatihan pengelolaan keuangan, pemasaran, dan manajemen risiko usaha.
Dari Gubuk ke Gudang Produksi
Awal mula usaha ini tak semegah sekarang. Dulu, Imanuel hanya memproduksi tahu tempe dari sebuah dapur sempit di rumahnya. Ia bahkan harus berjualan sendiri dari pintu ke pintu. Kini, usahanya telah tumbuh menjadi sentra produksi rumahan yang mampu memutar roda ekonomi keluarga lain.
Namun bagi Imanuel, keberhasilan usaha tak semata dilihat dari laba. Ia menaruh perhatian besar pada kesejahteraan karyawan. Di sinilah peran pemerintah daerah ikut masuk.
Melalui kerja sama dengan Dinas Kesehatan, seluruh karyawan Tahu Tempe Beldang kini mendapat pemeriksaan kesehatan rutin setiap tiga bulan—mulai dari tes darah, kolesterol, hingga tekanan darah.
“Kalau karyawan sehat, produksi juga lancar. Kita kerja bukan hanya kejar untung, tapi juga jaga orang-orang yang bantu kita,” katanya.
Kolaborasi yang Menguatkan
Sinergi antara UMKM, perbankan, dan pemerintah daerah menjadi fondasi kuat dalam perjalanan usaha Imanuel. Ia menyebut kolaborasi ini sebagai “tali tiga rangkap” yang membuat usahanya tetap berdiri kokoh, meski dihadapkan pada tantangan ekonomi dan pasar yang tak menentu.
Ia juga menaruh harapan besar agar program seperti ini tidak hanya berhenti pada usahanya, tetapi bisa menyentuh lebih banyak pelaku UMKM di pelosok Alor.
“Banyak teman-teman lain juga punya usaha bagus. Mereka butuh didampingi seperti saya. Supaya kita sama-sama maju, dan ekonomi orang Alor bisa bangkit dari bawah,” ungkapnya.
Lebih dari Sekadar Tahu dan Tempe
Tahu dan tempe bagi sebagian orang mungkin hanya makanan sederhana. Tapi bagi Imanuel Maaf, dua bahan ini adalah simbol perjuangan, harapan, dan pengakuan. Di balik potongan tahu yang lembut dan tempe yang padat itu, tersimpan cerita tentang mimpi yang diwujudkan tanpa ijazah tinggi, tapi dengan kerja keras, kepercayaan, dan dukungan dari banyak pihak.
Usaha Tahu Tempe Beldang bukan hanya soal makanan, tapi juga bukti bahwa perubahan nyata bisa dimulai dari dapur kecil—asal ada keberanian untuk melangkah, dan ada tangan yang siap membantu. (*/ab)