Kupang, KN – WALHI NTT melalui Divisi Media Wahana Lingkungan Hidup Indonesia Eksekutif Daerah Nusa Tenggara Timur, melaunching Buletin Etlago Mi Amigo Cendana.
Peluncuran Buletin ini dilaksanakan di Kantor WALHI NTT, Jl. Bung Tomo III-8 Kota Kupang, Rabu 31 Mei 2023, dan dihadiri oleh awak media, serta undangan yang hadir secara daring maupun luring.
Direktur WALHI NTT Umbu Wulang Tanaaman Paranggi mengatakan, Buletin Etlago Mi Amigo Cendana merupakan bagian dari upaya WALHI untuk menyebarluaskan pengetahuan-pengetahuan ekologi.
Di samping itu, Buletin Etlago Mi Amigo Cendana berfungsi sebagai media penyebarluasan advokasi lingkungan, sekaligus merekam kegiatan-kegiatan WALHI yang dilaksanakan sejak bulan Januari tahun 2023.
“Rencananya, Buletin ini akan kita terbitakn setiap tiga bulan sekali,” kata Direktur WALHI NTT Umbu Wulang Tanaaman Paranggi, saat peluncuran Buletin Etlago Mi Amigo Cendana.
Ia menjelaskan, topik yang diangkat pada edisi perdana ini adalah Nusa Tekun Terkotor. Edisi ini mengupas tentang persoalan sampah di NTT yang kunjung tidak selesai dibenahi oleh pemerintah.
“Di satu sisi kita menggalakan pariwisata, tapi di satu sisi kita membiarkan sampah-sampah atau residu yang dihasilkan dari industri, pariwisata, pusat-pusat perdangangan, bisnis, dan rumah sakit. Ini masih menjadi tantangan juga PR serius di NTT,” ujarnya.
Umbu Wulang yang juga adalah calon anggota DPD RI periode 2024-2029 Dapil NTT ini berharap, Buletin Etlago Mi Amigo Cendana ini, kelak bisa menjadi sarana pengetahuan bagi publik, khususnya yang berhubungan dengan advokasi isu-isu lingkungan.
Sementara itu, Deputi WALHI NTT Yuvensius S. Nonga mengatakan, Buletin Etlago Mi Amigo Cendana edisi Maret 2023, merupakan edisi pertama.
Pada edisi perdana, Buletin Etlago Mi Amigo Cendana secara substansif mengcover kegiatan advokasi WALHI terkait sampah, dan pengrusakan lingkungan, juga dampaknya terhadap perempuan, anak, serta kelompok lainnya.
“Isu-isu ini berangkat dari persoalan lingkungan yang mengabaikan 2 aspek yaitu daya tampung dan daya dukung. NTT hari ini banyak sekali kebijakan-kebijakan yang berdampak buruk terhadap lingkungan,” ujar Yuven.
Yuven menambahkan, Buletin Etlago Mi Amigo Cendana hadir sebagai salah satu media informasi publik dan media advokasi WALHI NTT, yang memuat catatan-catatan faktual di masyarakat sebagai bahan advokasi kepada masyarakat di NTT.
Divisi Advokasi, Kampanye dan Pengorganisasian Rakyat WALHI NTT Grace Gracellia menambahkan, Etlago Mi Amigo berarti sebuah kepunyaan.
“Sehingga dapat dikatakan bahwa Etlago Mi Amigo Cendana artinya Cendana itu milik kita. Nama ini sebagai harapan agar kita mengembalikan semua yang kita punya di NTT,” ujar Grace.
Menurut Grace, kehadiran Buletin Etlago Mi Amigo Cendana ini diharapkan tidak membuat isu lingkungan tenggelam dan surut. Tapi Buletin ini merupakan alat perjuangan bersama dalam mencapai keadilan ekologis di bumi NTT.
“Kami membuka diri kepada publik untuk membuat tulisan isu lingkungan, sehingga bisa diterbitkan di dalam buletin ini,” pungkas Grace. (*)