Kupang, KN – Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) Ilmu Pemerintahan (IPM) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Katolik Widya Mandira ( Unwira) Kupang menyelenggarakan Seminar Hari Kartini yang dengan tema : “Eksistensi kepemimpinan Perempuan Di Nusa Tenggara Timur Dalam Perspektif Gender” yang bertempat di aula Santo Hendrikus Universitas Katolik Widya Mandira Kupang (UNWIRA KUPANG), Jumat, 21 April 2023.
Seminar Hari Kartini ini dihadiri oleh Ketua DPRD Provinsi NTT Ir. Emilia Julia Nomleni, Akademisi sekaligus Dosen Unwira Drs. Marianus Kleden, M,si, Anggota DPRD Kabupaten Kupang Abi Yerusa Sobeukum S.IP, Kaprodi Ilmu Pemerintahan Veronika I.A.Boro S.IP.,M.Si, Wakil Dekan 1 FISIP Unwira Fransiska Desiana Setyaningsih M.Si, serta para dosen, perwakilan OKP, dan mahasiswa.
Penyelenggaraan kegiatan seminar ini bertujuan untuk meningkatkan wawasan mahasiswa dan mahasiswi untuk memahami kepemimpinan perempuan dalam perpektif gender, membangun kesadaran mahasiswa/i demi tercapainya sebuah perubahan diri sebagai sosok pemimpin sejati kelak di tengah masyarakat,serta sebagai bentuk wujud nyata apreasi dan penghormatan terhadap perjuangan R.A.KARTINI.
Wakil Rekan I Fransiska Desiana Setyaningsih dalam sambutanya mengatakan, Kartini sebagai sosok pejuang emansipasi kaum perempuan yang mana ia merupakan tokoh Jawa dan pahlawan nasional Indonesia.
“Artinya adalah bahwa Kartini ingin menunjukan kepada kita semua bahwa perempuan tidak hanya berperan sebagai sosok yang patut kita kesampingkan karena perempuan bisa berperan penting dalam segala aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Kartini juga mengajarkan kepada kita bahwa perempuan juga bisa menentukan pilihan hidup, perlakuan yang layak dan lain sebagainya,” ujarnya.
Lebih lanjut ia mengatakan, dengan adanya kegiatan seminar hari Kartini ini diharapkan lahir suatu perpektif baru dan menyetarakan gender antara laki-laki dan perempuan.
Hal itu harus nampak jelas terlihat dimana perlu adanya penghargaan terhadap perempuan karna sejatinya sosok Kartini adalah pejuang kaum perempuan yang patut kita tiru sebagai batu loncatan menuju kepada perubahan regenerasi perempuan yang lebih baik ke depan demi bangsa Indonesia.
Ketua Program Studi Ilmu Pemerintahan Veronika I. A. Boro dalam sambutanya mengatakan, kegiatan Hari Kartini ini merupakan suatu bentuk emansipasi kaum wanita yang berjuang untuk memperoleh kesetaraan gender, dengan selalu menanamkan semangat perjuangan Kartini yang harus tetap tumbuh dan hidup di dalam diri setiap perempuan.
Ia menjelaskan bahwa, di balik sosok laki-laki hebat selalu ada perempuan yang luar biasa. Itu mengartikan bahwa peran perempuan dalam kehidupan sosial masyarakat sangat mendominasi, berpengaruh dan berdampak pada kemajuan bangsa dan negara.
“Kita perlu untuk selalu mengedepankan persamaan nilai di atas dasar saling menghormati dan menghargai antara laki-laki dan perempuan karna kesetaraan,serta selalu mendorong dan mengedepankan persamaan hak sehingga kesetaraan gender itu bisa hadir nyata dalam kehidupan sosial,” pesan Veronika.
Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) Ilmu Pemerintahan (IPM) Yohanes Soni Kewawo dalam sambutanya mengucapkan terima kasih kepada pihak universitas karna telah memberikan ruang dan kesempatan untuk HMPS IPM melakukan kegiatan seminar ini.
Menurutnya, mahasiswa yang digadang gadang sebagai sosok pemimpin masa depan bangsa perlu menyadari betul akan berbagai macam persoalan gender yang tengah terjadi di tengah masyarakat yang mengharuskan bahwa perempuan selalu dikesampingkan.
“Oleh karena itu kita perlu mengangkat harkat dan martabtnya perempuan sehingga menghasilkan kesetaraan gender di tengah masyarakat. maka melalui seminar hari kartini ini di harapkan mahasiswa/i dapat mempunyai perspektif yang berbeda dalam menyuarakan suara perempuan demi mewujudkan kesetaraan gender ditengah masyarakat,” jelasnya.
Marianus Kleden, sebagai pemateri pertama dalam seminar hari Kartini ini mengatakan bahwa perlu adanya pemerdekaan perempuan sebagai bagian yang tertindas perlu di dorong dan di kedepankan sehingga kita dapat memahami dengan jelas bahwa segala macam persoalan tentang perempuan harus di atasi demi kesetaraan gender antara laki-laki dan perempuan bisa disejajarkan.
Ia mengatakan bahwa, perempuan dengan dirinya sendiri adalah pribadi yang mandiri,pribadi yang pekerja keras, dan pribadi mampu menciptakan perubahan-perubahan besar di tengah masyarakat sehingga perempuan pada hubunganya dengan laki-laki harus tidak di jajah secara seksual karena perempuan selalu menghormati laki-laki.
Perempuan pada cerita rakyat kebanyakan di daerah NTT adalah sosok yang mampu memberi suatu kehidupan dan peradapan manusia. Oleh karena itu sudah sepatutnya laki-laki harus mempunyai perspektif bahwa perempuan harus di libatkan dalam berbagai urusan termaksud menjadi seorang pemimipin.
Abi Yerusa Sobeukum S.IP sebagai pemateri kedua dalam seminar Hari Kartini ini mengatakan bahwa, kepemimpinana itu selalu di identikan dengan cara mempengaruhi dan mengarahkan orang untuk mencapai tujuan tertentu dalam suatu organisasi.
“Sedangkan perihal gender atau kontruksi sosial itu spesifikasinya lebih kepada cara pandang kita terhadap peran,tanggungjawab dan kebutuhan dala berpikir dan bertindak. Eksistensi perempuan di NTT sudah sangatlah baik tetapi keterlibatan kaum perempuan dalam berbagai aspek masih sangatlah minim. Oleh karena itu perempuan saat ini harus mulai didorong dan diayomi sehingga kedepan selalu bermunculan sosok Kartini baru di NTT yang mana regerasi saat inilah yang harus terus di dorong dan bersifat keberlanjutan karena pada sosok perempuanlah kita belajar tentang bagaimana menjadi seorang pemimpin,” ungkapnya.
Ia berharap kesetaraan gender harus dihadirkan dan harus ditampakan yang bukan hanya sebuah wacana saja tetapi hadir nyata dalam tindakan sosial sehari-hari.
Ketua DPRD NTT Emilia Julia Nomleni selaku pemateri ketiga dalam seminar hari kartini ini mengatakan bahwa perempuan selalu mempunyai kemampuan lebih untuk melakukan banyak hal dan mengapa perempuan harus hadir dan ada karena pemerpuan adalah pennyempuna dari segala sesuatu.
“Oleh karena itu perempuan harus ditarik ke rana publik sebagai seorang pemimpin karena perempuan mempunyai kemampuan untuk memenuhi hal yang menjadi kerja sama dengan laki-laki.
“Jaman sekarang, terkhususnya di nusa tenggar timur sudah mengalami penurunan keterlibatan perempuan dalam dunia politik, yang artinya adalah bahwa untuk saat ini cukup sulit mencari sosok perempuan potensial dalam rana publik untuk berperang dalam rana kehidupan politik. Hal ini dapat kita lihat dari rendahnya angka keterwakilan perempuan di parlemen yang sedikit banyaknya lebih di dominasi oleh laki-laki sehingga berpengaruh terhadap prihal kesetaraan gender dan berbagai macam problem yang dihadapi oleh perempuan. Oleh karena itu, perlu adanya peningkatan partisipasi perempuan supaya segala macam pengambilan keputusan politik itu bisa mejadi lebih akomodatif dan juga substansial,” jelas Emi Nomleni.
Yohana Fransiska Medho dalam pernyataan penutupnya sebagai moderator dalam kegiatan seminar Hari Kartini ini mengatakan, sejatinya hubungan antara laki-laki dan perempuan adalah mitra.
“Maka sudah sepatutnya kita harus saling mendukung, menghormati dan menghargai berbagai macam persamaan dan perbedaan yang ada antara laki-laki dan perempuan.ia berpesan bahwa sebagai seorang perempuan dengan menanam semangat Kartini dalam diri harus terus maju dan berjuang karna sekalipun semua sudah punya kodradnya masing-masing. Namun tak ada yang bisa mmerubah diri kita selain kita sendiri. Terus survive dan jadilah Kartini muda untuk NTT,” tandasnya. (*/KN)