Masuk Usia Senja, Pria di Kupang Masih Tekun Berjualan Mencari Nafkah

Setiap hari Lius mengelilingi Kota Kupang untuk menawarkan dagangan kepada siapapun yang ia temui, hanya untuk mencari nafkah.

Lius Tamonob, Penjual Niru dan Keranjang Ayam (Foto: Ratna)

Kupang, KN – Sudah tiga tahun Lius Tomonob (72) mencari nafkah di Kota Kupang. Di usia senjanya, pria asal Soe, Kabupaten TTS ini masih tekun memacu energinya untuk jualan nyiru dan keranjang ayam.

Bukan tanpa alasan. Setiap hari Lius mengelilingi Kota Kupang untuk menawarkan dagangan kepada siapapun yang ia temui, hanya untuk mencari nafkah. Meski, kadang nyiru dan keranjang tidak semuanya laku terjual.

“Kadang barang tidak laku. Tetapi ada satu atau dua yang laku dalam sehari,” ujar Lius Tomonob saat ditemui awak media, Rabu 8 Februari 2023.

Untuk menghabiskan semua dagangan, Lius mengakui bahwa membutuhkan waktu yang cukup lama. Yakni dua hingga tiga Minggu. Meski demikian, kondisi itu tidak serta merta menyurutkan niatnya  untuk terus berjualan.

“Biasanya dua sampai tiga minggu baru semua laku. Tetapi mau bagaimana. Saya harus tetap jualan,” ungkap Lius Tomonob.

Barang yang dijajakan adalah buah tangannya sendiri. Di usianya yang sudah tidak lagi muda, Lius masih bergulat dengan berbagai perkakas untuk menganyam nyiru dan keranjang.

BACA JUGA:  Menteri Kesehatan Launching Implementasi Wolbachia di Kota Kupang

“Barang ini saya anyam sendiri. Tetapi ada yang saya beli dari orang dan dijual kembali. Kalau beli di kampung, harganya Rp45 ribu – Rp50 ribu. Nanti saya jual kembali dengan harga Rp25 ribu,” jelasnya.

Sudah menjadi rutinitas. Ketika pagi tiba, Lius sudah mulai beranjak meninggalkan huniannya, yang berlokasi di Liliba, dan berjalan menyusuri sudut kota dengan memikul dagangannya, hingga matahari pamit di bibir langit.

“Saya jual jalan kaki saja. Pagi-pagi jam 7 sudah mulai jalan dari rumah. Kalau naik motor atau bemo, nanti orang mau beli setengah mati. Jadi saya jalan kaki saja,” terangnya.

Kadang, kata Lius, dagannya ia jual atau mengover ke pihak kedua, jika mereka ingin memborong, meski dengan harga yang terbilang cukup murah dari pengeluarannya.

“Tetapi saya anggap cukup dan membantu untuk melariskan dagangan saya. Dari hasil jualan niru dan keranjang sangat mencukupi kebutuhan sehari-hari saya,” pungkasnya. (Ratna).