Belu  

Bank NTT dan Kisah Inspiratif di Balik Kesuksesan CEO Jabal Mart, Fahmi Abdulah

CEO Jabal Mart, Fahmi Abdulah / Foto: Ama Beding

Atambua, KN – Hampir semua sektor bisnis terimbas pandemi COVID-19. Namun, hal ini tak berlaku bagi Fahmi Abdulah yang merupakan pemilik sekaligus CEO Jabal Mart di Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Awalnya, almahrum Haji Abdulah, yang merupakan ayah kandung Fahmi Abdulah, menamakan tokoh Jabal Mart dengan nama Jabal Sur, karena terinspirasi nama sebuah gunung tertinggi yang ada di tanah suci Mekah.

Sejak tahun 1970-an, almahrum Haji Abdulah berangkat ke tanah suci untuk beribadah. Di sana, dia bersama sepuluh orang rekannya dari Kabupaten Timor Tengah Utara mencoba mendaki gunung Jabal Sur hingga mencapai puncak.

“Gunung itu paling tinggi di sana. Dan dari sepuluh orang, sembilan diantaranya hanya mencapai pertengahan gunung, sedangkan ayah saya sampai ke puncak gunung,” ujar Fahmi kepada waratawan, saat menceritakan kisah almahrum ayahnya belum lama ini.

Merasa bangga dan gembira, sepulang dari tanah suci, Haji Abdulah kemudian mendirikan dan merintis bisnisnya dengan nama Jabal Sur, sesuai nama gunung yang ada di tanah suci Mekah.

“Ayah memilih nama itu, karena berpikir bahwa bisnis kita harus sekokoh gunung Jabal Sur. Artinya harus kuat dan tidak mudah goyang dalam kondisi apa pun. Jadi sebenarnya, Jabal Mart ini dasarnya dari Jabal Sur,” terang Fahmi Abdulah.

Sebelum mengambil ahli kepemilikan Jabal Mart menggantikan ayahnya, Fahmi Abdulah sempat merantau ke Kota Surabaya untuk melanjutkan pendidikannnya. Bahkan, dia tidak pernah berpikir untuk menjadi pengusaha seperti almahrum ayahnya.

Dalam perjalanan, Fahmi disuruh pulang oleh orang tuanya, dan disarankan untuk tidak boleh melanjutkan pendidikannya, karena bisnis yang sedang digeluti kedua orang tuanya nyaris bangkrut, hingga nyaris disita pihak Bank.

“Jadi mama saya bilang, jika kamu mau tetap kejar cita-citamu, empat orang adik kamu saya titipkan di om kamu, karena saya tidak sanggup biayai mereka lagi. Makanya saya pulang dan nasib saya menjadi pengusaha,” jelasnya.

Menurut Fahmi Abdulah, usai mengambil ahli kepemilikan Jabal Mart, dirinya telah membuka sebanyak empat cabang bisninsya yang berada di tiga wilayah berbeda. Yakni di Atambua, Kefamenanu, dan Kota Kupang.

Di tengah pandemi COVID-19, Fahmi mengaku bisnisnya justru mengalami pertumbuhan ekonomi yang luar biasa. Karena bisnis yang digelutinya bergerak pada sektor sembako. Namun, secara keseluruhan, keuntungannya sedikit menurun karena margin sembako tidak sebesar harga produk lain.

“Memang keuntungan kita menurun. Tetapi barangnya cepat laku. Karena bidang bisnis saya kan bergerak di jualan sembako, jadi di masa pandemi ini, orang mungkin menunda untuk beli fashion, elektornik dan kebutuhan lainnya. Tetapi kalau makanan, tidak ada orang yang tunda. Pasti mereka beli,” ungkapnya.

Untuk mempermudah costumer Jabal Mart di masa pandemi, pihaknya menyiasati sejumlah strategi, yaitu melakukan penjualan secara online dengan melakukan pembayaran secara tunai atau COD (Cash On Delivery) dan menggunakan aplikasi QRIS (Quick Respons Code Indonesian Standard).

“Jadi di tengah pandemi, costumer kita cukup di rumah saja. Barangnya nanti kita kirimkan. Ketika produknya tiba, mereka bisa langsung bertransaksi dari rumah menggunakan aplikasi Qris,” terannya.

Program Marketing Langit

Menjadi seorang pengusaha sukses, Fahmi Abdulah ternyata memiliki beberapa tips unik yang dilakukan. Salah satunya adalah program marketing langit. Program ini telah dilaksanakan di kala pandemi COVID-19 melanda Nusa Tenggara Timur awal tahun 2020.

“Seperti di Jabal Mart Kefa dan Atambua, masyarakat belanja makanan tetapi bayarnya menggunakan doa. Kita juga bagikan ke gereja, masjid dan pura, dengan program marketing langit. Jadi apapun agamamu, tolong doakan Jabal Mart,” jelasnya kepada wartawan.

Dengan program Marketing Langit, Fahmi mengaku sangat bersykur, karena di tengah himpitan ekonomi, Tuhan selalu memberikan solusi yang terbaik untuknya, dan semua manusia yang masih hidup di muka bumi.

CEO Jabal Mart, Fahmi Abdulah menyampaikan saat ini, ia telah mempekerjakan 200 orang karyawan yang tersebar di Jabal Mart Kefa, Atambua dan Kupang. Setiap bulan, ia mengeluarkan anggaran sebanyak Rp400 juta untuk membayar gaji seluruh karyawannya.

BACA JUGA:  Jenazah Wakil Bupati Matim Tiba di Kantor Bupati

“Mudah-mudahan bisnis ini terus bertumbuh, sehingga semakin banyak tenaga kerja yang kita rekrut untuk dipekerjakan. Ini lah bentuk kontribusi kita untuk daerah,” terang Fahmi Abdulah.

Ke depan, Fahmi mempunyai target besar, yaitu ingin terus membuka cabang Jabal Mart di semua wilayah yang berada di daratan Pulau Timor, hingga ke Pulau Sumba, Flores dan Kabupaten Alor.

“Visi misi saya sampai tahun 2025, Jabal Mart harus ada di semua daratan Pulau Timor. Hanya sisa Soe dan Malaka yang belum saya masuk. Jika 2025 semua sudah tercapai, kita akan buka lagi di Flores, Sumba dan Alor,” jelasnya.

Menurutnya, negara masih membutuhkan banyak pengusaha untuk menopang perekonomian daerah. Sementara rasio pengusaha yang ada di Indonesia masih tergolong sedikit.

“Mindset-nya kita harus bentuk, agar banyak yang mau beralih menjadi pengusaha. Karena sumber pajak negara paling banyak dari pengusaha. Selain itu kita mampu menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat. Jadi jangan semua mau jadi PNS lah,” harapnya.

Dengan demikian, Fahmi Abdulah berpesan kepada kaum milenial untuk sama-sama mencoba passion mereka di dunia usaha. Menurutnya, menjadi pengusaha bukan menjadi hal yang sulit, karena semuanya bisa dipelajari.

“Karena ilmunya itu ada. Kalau mau, mari dan bergabung di unit-unit yang berkaitan dengan pembentukan karakter. Seperti di HIMPI dan JAKNAS. Itu merupakan atmosfer yang bisa dipelajari dalam dunia usaha,” ucapnya.

“Karena JAKNAS merupakan lembaga yang saling berkolaborasi, sekaligus melatih kita untuk cara mengembangkan usaha dari kelas UMKM hingga jadi pengusaha sukses,” sambungnya.

Bisnis Properti dan Dukungan Bank NTT

Selain memiliki usaha di bidang Sembako, CEO Jabal Mart, Fahmi Abdulah juga terjun langsung ke dunia bisnis properti, karena melihat peluang pasar yang sangat luar biasa di Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU).

“Dulu di Kefa, saya melihat jumlah pendatang sangat banyak. Seperti Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan masyarakat dari luar daerah Kefa bertambah. Dan mereka tinggal di kos. Sehingga saya melihat ada peluang pasar untuk bisnis properti,” jelas Fahmi.

Menurutnya, menjadi seorang pengusaha, ia dituntut untuk harus juga bisa melihat peluang pasar yang sudah tercipta, dan wajib merebut pasar tersebut.

Ia juga harus membangun mitra yang baik dengan Bank NTT, untuk mendukung perkembangan usaha yang sedang digeluti tersebut.

“Hingga sekarang, sudah sebanyak 100 unit rumah yang telah dibangun. Puji Tuhan, dan sekarang kita coba buka di Atambua. Ke depannya kita akan buka juga di Petuk, Kota Kupang. Terima kasih juga kepada Bank NTT, karena mereka yang mendukung saya sejak awal,” kata Fahmi Abdulah.

Dalam rangka memperingati HUT Bhayangkara, Fahmi Abulah mempunyai cara tersendiri untuk mengapresiasi kinerja aparat kepolisian yang ada di Kabupaten Timor Tengah Utara, dengan mengkonsepkan rumah DP Rp0.

“Jadi kita coba konsepkan dengan DP rumah Rp0 dan membebaskan BPHTB, sehingga mereka lebih gampang untuk mendapatkan rumah khusus di bulan Juli ini. Sekarang sudah ada empat orang yang mau ambil. Berkasnya sudah dimasukan ke Bank NTT,” ucap Fahmi.

Dia juga meminta kepada masyarakat untuk terus mendukung semua pengusaha lokal, untuk terus tumbuh dan berkembang bersama Bank NTT. Karena bisnis yang dijalankan pasti terus dibutuhkan oleh masyarakat.

“Kalau dari perbankan tidak ada masalah. Mereka sangat konsen sekali untuk membantu kita. Kita tumbuh dan berkembang karena ada teman-teman dari Bank NTT yang turut mendukung kita. Kalau dari pemerintah, pelayanannya masih sangat lamban,” terangnnya.

“Saran saya, dukung kami pengusaha lokal bersama Bank NTT. Karena kami juga wajib mendukung mereka. Jelas akan investasi balik dari Bank NTT ke kami, dan uangnya pasti akan kami investasikan di NTT,” tandasnya. (*)