Ruteng, KN – Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Katolik Indonesia (Unika) St. Paulus Ruteng menggelar webinar Psikospiritual dengan tema “No Drugs, No Free Sex”.
Kegiatan tersebut dilaksanakan secara virtual pada Sabtu, 20 Maret 2020 dan berlangsung pada pukul 08.00 -12.00 wita, serta diikuti oleh sekira 600 mahasiswa/i dari 6 Program Studi.
Pantauan Koranntt.com, penyajian materi webinar dilakukan secara bergantian oleh dua pemateri yaitu dr. M. Ronald Susilo, M.M., Mars dan Jefrin Haryanto, M.Psi
Kegiatan webinar itu juga dipandu oleh moderator Elisabet Irma Novianti Davidi, M.Pd dan Ricardus Jundu, S.SI., M.Pd.
Dalam materinya, dr. M. Ronald Susilo, M.M., Mars menyampaikan definsi dan alasan mengapa Narkoba dan Seks Bebas merupakan perbuatan terlarang.
Menurutnya, penggunaan Narkoba bisa memberikan efek halusinasi, menurunnya kesadaran, serta menyebabkan kecanduan.
Sedangkan seks bebas bisa menyebabkan kehamilan yang tidak diinginkan serta tertular penyakit menular seksual.
“Tips mengindari narkoba dan free sex adalah selektif dalam pergaulan, perkuat spiritual dan kehidupan rohani, miliki hobi dan aktivitas positif, serta ingatlah cita-cita atau masa depan,” ujar dr. Ronald Susilo.
Jefrin Haryanto, MPSI selaku pemateri kenakalan remaja mengatakan, hasil studi memperlihatkan bahwa 8 dari 10 anak yang melakukan seks pra nikah di Ruteng memiliki beberapa alasan.
Diantaranya, stres di rumah, lari dari rumah, sering berkelahi dengan orang tua, dan akibat broken home atau perceraian orang tua mereka.
Menurut para pelaku seks pra nikah, hal itu dilakukan sebagai cara untuk menenangkan diri, menyembuhkan diri, atau lari dari masalah.
“Orang tua dan fungsi keberumahan, cenderung memudar. Rumah tidak lagi dirindukan. Semua faktor ini akan saling berinteraksi, sehingga akan mempengaruhi bagaimana seorang remaja menampilkan sebuah informasi tertentu,” ucapnya.
Dia menjelaskan, saat ini prostitusi digandrungi oleh remaja sampai Ibu Rumah Tangga (IRT).
“Untuk mengatasi itu, yang pertama sebenarnya membangun dari keluarga, karena prostitusi itu hanya hilirnya atau ujungnya,” ungkap Jefrin.
Ketika orang melakukan prostitusi, awalnya bukan pada motif ekonomi, tapi awalnya motif emosional psikologis seperti lari dari rumah demi mencari kenyamanan.
Tak hanya itu, Jefrin juga menjelaskan, kasus bunuh diri yang kerap terjadi saat ini bukan karena korban punya masalah, tetapi ketiadaan tempat untuk bertanya dan tiada tempat untuk berlari.
“Jadi orang bunuh diri itu bukan karena orang mau mati, tetapi dia ingin lari dari masalah. Soalnya keluarga sudah amburadul, ya mau lari kemana,” terangnya.
Dia mengimbau pemerintah dan semua pihak untuk duduk bersama, mencari akar persoalan, serta merumuskan solusi yang harus ditempuh untuk mengatasi kasus bunuh diri yang sering terjadi di NTT.
Jefrin juga menambahkan, kegiatan webinar harus menjadi tradisi rutin, karena tema-tema kehidupan ini sangat dekat dengan pendidikan.
“Kegiatan seperti ini sebenarnya tidak hanya edukasi, tetapi menguatkan nilai diri. Jadi tidak hanya mendapatkan pengetahuan tapi mendapatkan penguatan,” tandasnya.
Sementara Ketua Panitia Webinar, Dr. Sabina Ndiung, M.Pd menyampaikan, kegiatan Webinar merupakan sebuah program yang dilaksanakan dari tahun ke tahun.
“Karena ini kan tema tahunan, berarti semua mahasiswa itu harus mendapatkan peluang yang sama dan untuk mendapatkan informasi yang sama, sehingga mereka juga mendapatkan pengetahuan yang sama,” ucap Sabina Ndiung.
Dia berharap, agar pengetahuan yang didapat oleh mahasiswa hari ini bisa menjadi penguatan bagi mereka, dalam menghadapi tantangan jaman yang terjadi saat ini.
“Yang kita harapkan kepada mahasiswa ke depan adalah, paling tidak melalui pembekalan pengetahuan yang mereka peroleh saat ini, mereka lebih selektif lagi dalam bersikap. Sehingga nanti ke depan mereka mungkin tidak terjebak dalam hal pergaulan bebas,” harap Sabina Ndiung.
Pantauan Koranntt.com, webinar ini diisi dengan berbagai gagasan dan pertanyaan dari para peserta, sehingga terjadi diskusi yang cukup alot antara mahasiswa dan pemateri.*