Opini  

Peran Tokoh Agama Dalam Membongkar Eksklusivisme Beragama

Yodan Loni

Sebab Terdalam Pluralitas Agama

Persoalan yang dihadapi oleh manusia masa kini adalah kenyataan keanekaragaman keagamaan. Sejarah perjumpaan agama yang diwarnai konflik, senantiasa menimbulkan pertanyaan mendasar akan adanya perbedaan. Kenyataan seperti ini hendaknya dicarikan dasar atau sebab terdalam, agar orang dapat memahami realitas keanekaragaman agama.

Dasar pertama pluralitas agama adalah bahwa setiap agama selalu bertolak dan intuisi awal seseorang manusia yang memiliki bakat religius, yaitu seorang pendiri agama. Visi dan pengalaman yang berbeda-beda dari pendiri agama itulah yang menjadi sebab adanya pluralitas agama. Dasar kedua adalah keterkaitan duniawi dan intuisi setiap pendiri agama dan dari situasi konkret agama itu sendiri. Walaupun mempunyai kemampuan intuitif yang istimewa seseorang pendiri agama tak pernah terlepas dari lingkungannya. Pengalaman konkret akan dunia sekitarnya memberi warna tersendiri kepada cara bagaimana ia menginterpretasikan intuisinya. Karena itu tuntutan moral agama sangat mencerminkan sekaligus dipengaruhi oleh lingkungan konkret pendiri agama itu.
           
Adanya keanekaragaman di atas juga menunjukan aspek singularitas dari agama-agama. Setiap agama memiliki sejarahnya masing-masing. Keterikatan agama dengan sejarah manusia itulah yang membentuk sifat singular dari agama-agama. Dikatakan bahwa sejarah agama itu merangkul sejarah pengalaman hidup manusia yang memiliki kepercayaan tertentu,. Karena itu, memahami keanekaragaman berarti menerima dan mengakui aspek singularitas dari agama-agama.

Memahami Fungsi Pelayanan Religius

Pertama, mewartakan dan memberi kesan tentang kebenaran dan ajaran agama. Itu berarti para tokoh atau pemimpin agama mengemaban fungsi profetis. Para tokoh atau pemimpin agama, dipundak mereka diserahi tugas dan tanggungjawab untuk mewartakan kebenaran dan meneruskan Wahyu agamanya lewat pengajaran-pengajaran. Oleh tugas yang mereka embani itu, maka mereka pula dapat disebut sebagai wakil rasul atau pengikut Rasul atau pengganti rasul yang diberi tugas untuk menuntun dan mengajar umat agar hidup sesuai kebenaran agama dan dapat berkembang dalam iman.

Kedua, tugas para tokoh agama adalah menggembalakan umat. Tugas pengembalaan disini sebagai menuntun, mengarahkan, menata dan membina umat beriman agar mereka hidup dalam kebenaran dan dalam iman serta senantiasa hidup dalam satu-kesatuan jemaah. Selain itu, para tokoh atau pemimpin agama, dalam tugas kegembalaannya, perlu juga membina dan mengembangkan rasa persatuan manusia dengan Tuhan dan sesamanya, termasuk orang-orang yang beragama lain.

BACA JUGA:  Alternatif Demokratisasi di Tengah Pandemi Dalam Pemilihan Kepala Desa Secara Digital

Mentransformasi Agama

Para tokoh atau pemimpin agama juga memiliki peran penting dalam mentransformasi agama. Transformasi agama dipahami sebagai upaya untuk mengkontekstualisasikan pelbagai pandangan dan ajaran agama serta nilai religius yang terkandung dalam satu tradisi demi menjawabi tantangan-tantaangan dan kebutuhan-kebutuhan manusia yang rill. Kontekstualisasi agama dipandang hal yang sangat diperlukan., karena dunia itu selalu mengalami perubahan. Hal ini menunjkan bahwa agama itu, para tokoh atau pemimpin agama adalah tokoh sentral yang berperan dalam mentafsirkan dan menterjemahkan ajaran dan pandangan agama dalam konteks kekinian.

Agama dikatakan dapat memberi sumbangan bagi tercapainya keselamatan manusia yang nyata di bumi, apa bila ia mampu memberi nilai positif bagi hidup manusia dengan mengembangkan nilai-nilai seperti cinta kasih, perdamaian, keadilan, dan persaudaraan kemanusiaan, dan bukannya menghidupi benih-benih permusuhan, perpecahan, balas dendam, dan kesombongan yang mengancam hidup manusia. Disini peran dan keterlibatan dan para tokoh dan peminpin agama sangat dibtuhkan teristimewa dalam upaya mengkontekstualisasikan agama.

Hal ini dimaksud agar agama dapat menjawabi kebutuhan dan harapan manusia zaman ini. Kehidupan manusia di zaman ini ditandai dengan aneka macam bentuk pluralisme. Dalam dunia kondisi seperti ini, peran dan keterlibatan para tokoh dan pemimpin agama sangat diharapkan dalam upaya mengontekstualisasikan nilai-nilai dan ajaran agama yang terkandung dalam suatu tradisi religius. Dengan demikian, agama bisa menjadi sumber yang dapat mengairkan dan menumbuhkan sikap-sikap keagamaan yang selalu mengedepankan nilai kehidupzn manusia dan mengutamakan nilai-nilai luhur manusia.

Dalam konteks religius, para tokoh atau pemimpin agama, seringakali dipandang sebagai penjaga dan pewaris sah tradisi religius. Para tokoh atau pemimpin agama memiliki kewibawaan karena mereka mengajar atas nama perintah Allah. Karena itu apa yang mereka arahkan selalu diikuti dan didengar dan dipatuhi. Mereka adalah penafsir otentik yang berperan menafsirkan suatu kebenaran yang terkandung dalam suatu tradisi. ***