NPL Turun Drastis, Bank NTT Segera Benahi Tata Kelola Kredit

Dari kiri ke kanan: Konsultan Humas Bank NTT Stenly Boymau, Direktur Kepatuhan Bank NTT Christofel S. M. Adoe, Direktur Teknologi Informasi dan Operasional Bank NTT Hilarius Minggu, Direktur Utama Bank NTT Harry Alexander Riwu Kaho dan Direktur Kredit Bank NTT Paulus Stefan Messakh. (Foto: Ama Beding)

Kupang, KN – PT. Bank NTT dikategorikan oleh OJK sebagai Bank Sehat. Raihan kinerja positif ini tidak terlepas dari kerja keras pengurus Bank NTT yang berhasil menurunkan NPL atau Non Performing Loan menjadi 2,65%.

NPL atau lebih dikenal dengan istilah kredit macet memang menjadi masalah serius Bank NTT dalam beberapa tahun terakhir. Angka NPL Bank NTT bahkan sempat menyentuh angka 4%. Bank NTT pun sempat mendapat peringatan dari OJK.

Namun seiring berjalannya waktu, di tengah berbagai kecaman dan cibiran, pengurus Bank NTT terus bekerja maksimal guna menekan angka NPL yang akhirnya turun drastis dari angka 4% menjadi 2,65%.

Direktur Utama Bank NTT Harry Alexander Riwu Kaho dalam Media Gathering akhir tahun bersama sejumlah awak media menyampaikan bahwa, pengurus Bank NTT telah memasang target untuk menurunkan angka NPL di akhir tahun 2021.

“Sudah menjadi komitmen bersama agar tahun 2021, target NPL Bank NTT harus berada di bawah 2,8%. Puji Tuhan kita mengakhiri tahun 2021 dengan NPL berada di angka 2,65%,” kata Dirut Alex Riwu Kaho.

Menurutnya, penurunan angka NPL merupakan sebuah capaian yang luar biasa dari tingkat pengurus hingga staf Bank NTT. Ke depan, angka NPL akan ditekan semaksimal mungkin, sehingga kinerja Bank NTT tetap stabil menuju Bank Devisa.

Menurunnya angka NPL juga membawa angin segar dalam sektor kredit. Direktur Kredit Bank NTT Paulus Stefen Messakh menegaskan bahwa, kinerja kredit sejak awal menjadi perhatian dari semua pihak.

Karena itu, menekan angka kredit macet merupakan tantangan tersendiri bagi pengurus dan staf yang bertugas pada Direktorat Kredit Bank NTT.

Meski demikian, kerja keras dan kerja cerdas tetap ditunjukan sehingga pihaknya berhasil menekan angka kredit macet, walupun nilainya belum begitu banyak.

“NPL sampai end of year bisa berada di angka 2,6%. Kita punya optimisme yang sangat besar terutama terkait dengan perbaikan NPL,” kata Direktur Kredit Stefan Messakh.

BACA JUGA:  Pandemi Tak Mampu Halangi Laju Bank NTT Menuju Bank Devisa

Sementara Direktur Informasi Teknologi dan Operasional Bank NTT Hilarius Minggu menegaskan, menurunnya angka NPL dan pembenahan proses kredit sangat berpengaruh terhadap penilaian OJK.

Sebelumnya tekad Bank NTT menjadi Bank Sehat atau Go TKB 2 mulai digaungkan dan dilaunching pada tanggal 30 November 2020.

Saat itu, berbagai pembenahan internal terus dilakukan. Jika sebelumnya pemberian kredit hanya dilakukan oleh orang kredit, kali ini melibatkan bagian manajemen resiko.

Hilarius menjelaskan, sebelum pimpinan mengambil keputusan, pengajuan kredit harus diajukan terlebih dahulu ke manajemen resiko. Di sana, petugas Bank NTT akan melakukan check list kelengkapan dokumen serta prospek usaha.

Pasca check list dan prospek usaha, dokumen dikembalikan lagi ke jajaran kredit untuk melakukan pelengkapan data sebelum cair.

“Itu salah satu poin yang membuat OJK menilai Bank NTT menjadi Bank Sehat. Walaupun NPL masih tinggi, tetapi mereka melihat proses pemberian kredit dari yang dulu dan sekarang, sudah jauh berbeda dan berubah,” kata Hilarius Minggu.

Dengan prestasi dan capaian sebagai Bank Sehat, tentunya tidak membuat pengurus Bank NTT besar kepala. Ke depan, Bank NTT akan melakukan berbagai pembenahan sektor kredit.

Ada 4 strategi yang bakal dilakukan, di antaranya pembenahan tata kelola manajemen resiko kredit, penerapan manajemen resiko yang lebih hati-hati, proses manajemen resiko yang harus lebih baik lagi, dan yang terakhir adalah pengendalian resiko.

Selain itu, Bank NTT juga akan masuk ke sektor pembiayaan UMKM. Dari data yang ada, saat ini pembiayaan sektor UMKM oleh Bank NTT sudah mencapai 22%. Targetnya pada tahun 2023 pembiayaan UMKM harus bisa mencapai 30%. (Ama Beding/Adv)