Jakarta, KN Sorotan lampu panggung di gedung Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Jakarta, pada Jumat (22/9/2025) malam itu bukan hanya menyinari perhelatan Financial Literacy Award 2025, tetapi juga membawa cahaya harapan dari ujung timur Indonesia: Nusa Tenggara Timur.
Di antara institusi besar dan nama-nama tenar dari pusat, nama Bank NTT kembali bergema. Bank kebanggaan masyarakat NTT ini berhasil menembus nominasi kategori Bank Umum dengan Program Literasi Keuangan Teraktif, sebuah penghargaan nasional yang menjadi bukti nyata bahwa komitmen, meski datang dari daerah, tetap bisa bersaing di panggung tertinggi.
Piagam penghargaan diserahkan langsung oleh Friderica Widyasari Dewi, Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Perlindungan Konsumen OJK. Sebuah momen bersejarah yang bukan hanya membanggakan bagi institusi, tapi juga bagi seluruh rakyat NTT.
“Ini adalah hasil dari kerja panjang dan komitmen kami untuk menghadirkan pemahaman keuangan hingga ke akar rumput. Literasi keuangan adalah fondasi bagi pembangunan ekonomi yang sehat,” ujar Yohanis Landu Praing, Plt. Direktur Utama Bank NTT.
Literasi dari Pinggiran: Cerita SiMOLEK dan GENCARKAN
Apa yang membuat Bank NTT layak mendapatkan penghargaan ini?
Jawabannya ada di jalan-jalan desa, di ruang-ruang kelas sederhana, dan di senyum polos anak-anak sekolah dasar. Salah satu program unggulan mereka, SiMOLEK (Sarana Informasi Mobil Literasi Keuangan), menyambangi sekolah-sekolah seperti SDN Asam 3 Naibonat, Kabupaten Kupang. Di sana, anak-anak tak hanya belajar berhitung, tapi juga mengenal pentingnya menabung dan memahami nilai uang.
Mobil literasi yang penuh warna itu bukan sekadar kendaraan, tapi jembatan menuju masa depan yang lebih melek finansial.
Tak berhenti di situ, Bank NTT juga meluncurkan Program GENCARKAN (Gerakan Nasional Cerdas Keuangan) di sekolah-sekolah menengah, seperti di SMAK Fides Quaerens Intellectum, Kefamenanu. Di tengah gempuran pinjaman online ilegal dan investasi bodong, program ini hadir seperti pelindung membekali siswa dengan pemahaman yang kritis dan cerdas tentang dunia keuangan.
“Ramai Skali”: Literasi dengan Sentuhan Budaya
Bulan Inklusi Keuangan setiap tahun juga menjadi panggung kreatif Bank NTT dalam menggelar program “Ramai Skali”. Mengusung semangat lokal, program ini menyasar generasi muda melalui pendekatan budaya dan edukasi yang menyenangkan. Musik, dialog interaktif, hingga permainan tradisional dikombinasikan dengan edukasi perbankan yang membumi.
Program ini tidak hanya menjelaskan apa itu rekening atau ATM, tetapi juga membuka cakrawala berpikir anak-anak muda tentang bagaimana mengelola keuangan pribadi, menghindari utang konsumtif, dan merancang masa depan.
Lebih dari Sekadar Bank
Prestasi di Financial Literacy Award 2025 bukanlah akhir dari perjalanan Bank NTT, melainkan penanda bahwa perjuangan mereka selama ini diperhatikan dan diapresiasi secara nasional.
Di tengah tantangan geografis yang sulit, dengan banyak daerah terpencil dan keterbatasan infrastruktur, Bank NTT menjelma menjadi lebih dari sekadar lembaga keuangan. Ia menjadi agen perubahan sosial membangun kebiasaan baik, membentuk pola pikir baru, dan menanamkan nilai-nilai tanggung jawab keuangan sejak dini.
“Kami percaya bahwa literasi keuangan adalah hak setiap orang, bukan hanya milik mereka yang tinggal di kota besar. Dari anak-anak desa hingga pelaku UMKM di perbatasan, semua harus paham cara mengelola uang,” tegas Yohanis.
Menuju Indonesia Emas 2045, Dimulai dari NTT
Dalam bayang-bayang ambisi besar menuju Indonesia Emas 2045, peran institusi seperti Bank NTT menjadi sangat krusial. Mereka tidak hanya mendampingi pembangunan ekonomi lokal, tetapi juga menyiapkan generasi yang lebih siap secara finansial, lebih bijak dalam mengambil keputusan, dan lebih tahan terhadap godaan investasi bodong yang merajalela.
Nusa Tenggara Timur mungkin jauh dari Jakarta. Tapi semangat yang dibawa Bank NTT dalam memperjuangkan literasi keuangan, membuktikan bahwa perubahan bisa dimulai dari mana saja – bahkan dari sebuah mobil literasi yang menyusuri jalan-jalan tanah di pedalaman Kupang. (*/ab)

