Kupang, KN — Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT), Emanuel Melkiades Laka Lena, menjajaki peluang kerja sama di sektor industri garam, bersama Jiangxi Salt Industry Group.
Jiangxi Salt Industry Group, merupakan perusahaan garam terintegrasi terbesar di Tiongkok Selatan, yang dikunjungi Gubernur NTT Melki Laka Lena bersama rombongan, dalam kunjungan ke China, 17 November 2025.
Dalam pertemuan tersebut, Jiangxi Salt Industry menyampaikan minat kuat, untuk menjalin kemitraan jangka panjang dengan NTT, termasuk berbagi teknologi dan membuka peluang investasi di sektor garam.
Perusahaan yang mampu memproduksi lebih dari 4 juta ton garam per tahun itu, memaparkan teknologi unggulan mereka, mulai dari vacuum salt processing, multi-effect crystallization, hingga pengelolaan pabrik pintar berbasis digital dan jaringan 5G. Produk mereka saat ini telah diekspor ke lebih dari 30 negara.
Menanggapi hal tersebut, Gubernur Melki Laka Lena menegaskan bahwa, NTT memiliki potensi strategis, untuk menjadi pusat produksi garam nasional.
“Iklim NTT sangat ideal untuk produksi garam. Kondisinya mirip Dampier di Australia, yang merupakan salah satu penghasil garam terbesar dunia,” ujar Gubernur Melki.
Ia menjelaskan, produksi garam NTT pada 2024 mencapai 15,79 juta kilogram dengan luas lahan yang dimanfaatkan sebesar 2,16 juta meter persegi.
“Provinsi ini masih memiliki peluang ekspansi lahan hingga 25.914 hektare. Dua daerah penyumbang garam terbesar ialah Nagekeo 37% dan Sabu Raijua 33%,” jelas eks anggota DPR RI ini.
Meski demikian, Gubernur Melki mengakui, masih terdapat tantangan yang perlu dibenahi, di antaranya kualitas garam (kandungan NaCl), kerentanan terhadap perubahan iklim, kapasitas SDM petambak, serta defisit garam industri nasional yang masih berada di atas 1 juta ton.
“Justru di sini letak peluangnya. Dengan teknologi yang mereka miliki, kita bisa meningkatkan kualitas dan kapasitas produksi garam NTT, untuk memenuhi kebutuhan industri nasional, bahkan ekspor,” tambahnya.
Dalam dialog tersebut, beberapa agenda kemitraan strategis mulai dibahas, antara lain, transfer teknologi untuk meningkatkan kualitas garam, otomasi tambak, dan efisiensi manajemen produksi, pengembangan pabrik garam terintegrasi dengan model salt-chemical-energy ala Jiangxi, penjajakan hilirisasi produk untuk kebutuhan industri, farmasi, dan sektor kimia, pelatihan dan peningkatan kapasitas SDM petambak NTT oleh teknisi Jiangxi, dan rencana penilaian lapangan (site assessment) di Kupang, Nagekeo, dan Sabu Raijua.
Waketum DPP Partai Golkar ini memastikan bahwa, pertemuan ini menghasilkan kesepakatan awal untuk melanjutkan dialog teknis menuju kerja sama investasi yang lebih konkret.
“Kami menyambut baik langkah ini. Pemerintah NTT, siap memfasilitasi semua proses, agar kemitraan ini bisa membawa manfaat langsung bagi ekonomi daerah,” tegasnya.
Gubernur NTT berharap, kerja sama ini dapat menjadi titik balik penguatan industri garam, daerah sekaligus mendorong NTT menjadi salah satu pusat produksi garam modern di Indonesia. (*)

