Johni Asadoma Beri Pelajaran Berharga kepada Paslon Lain Soal Geothermal

Cawagub NTT Johni Asadoma (Foto: Istimewa)

Kupang, KN – Debat perdana calon gubernur dan wakil gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) yang diselenggarakan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) berlangsung dengan penuh semangat di Ballroom Milenium. Rabu (23/10)

Tiga pasangan calon (paslon) yang berlaga dalam Pilgub NTT 2024, yaitu paslon nomor 01 Ansi Lema-Jeny Natalia, paslon nomor 02 Emanuel Melki Laka Lena-Johni Asadoma, dan paslon nomor 03 Simon Petrus Kamlasi-Andre Garu, mengemukakan visi dan gagasan terkait isu-isu strategis pembangunan daerah.

Dalam sesi pertanyaan, cawagub nomor urut 02, Johni Asadoma, menyoroti potensi energi geothermal di Pulau Flores. Ia menyatakan bahwa pengembangan energi panas bumi, yang dikenal sebagai salah satu sumber daya terpenting di daerah ini, sering kali mengalami hambatan dan membutuhkan waktu antara 3 hingga 5 tahun untuk terealisasi.

“Pulau Flores memiliki potensi panas bumi yang luar biasa, namun seringkali pengembangannya terhambat oleh berbagai faktor, termasuk stabilitas politik lokal,” ujar Johni.

Ia menantang kedua paslon lainnya untuk menjelaskan strategi mereka dalam memanfaatkan potensi energi terbarukan ini sembari menjaga kepentingan masyarakat lokal.

Menanggapi pertanyaan tersebut, Simon Petrus Kamlasi dari paslon nomor urut 03 mengakui bahwa pengembangan energi geothermal sering kali diwarnai konflik, terutama terkait pembagian keuntungan antara pusat dan daerah.

BACA JUGA:  Daftar di KPU NTT, Partai NasDem Target Raih Kursi Terbanyak di Semua Dapil

Ia menekankan pentingnya menjadikan masyarakat lokal sebagai prioritas dalam setiap proyek yang dilaksanakan.

“Kami harus memastikan bahwa masyarakat mendapatkan manfaat yang jelas dari proyek geothermal ini,” tegas Simom

Ia menambahkan bahwa sebagai putra daerah Flores, ia dan pasangannya memiliki pemahaman yang mendalam tentang situasi dan budaya lokal, sehingga dapat memberikan solusi yang lebih tepat.

Johni Asadoma kemudian menegaskan bahwa kerja sama dengan pemerintah pusat sangat penting dalam pengembangan energi baru terbarukan ini.

Ia mengungkapkan, “NTT tidak bisa mengandalkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) semata. Anggaran yang terbatas mengharuskan kita untuk mencari jejaring di pusat agar proyek energi terbarukan dapat berjalan tanpa membebani PAD.”

Debat ini menjadi momen penting bagi para calon untuk memaparkan visi mereka terkait pengembangan energi terbarukan yang ramah lingkungan.

Ketiga paslon berkomitmen untuk mendorong potensi daerah agar berdampak langsung pada kesejahteraan masyarakat NTT.

Dengan diskusi yang penuh dengan ide-ide inovatif, para calon berharap dapat memberikan solusi konkret untuk tantangan yang dihadapi NTT, khususnya dalam pengembangan energi yang berkelanjutan. (*/tim)