Maumere, KN – Berbagai organisasi dan komunitas yang tergabung dalam aliansi Voices for Just Climate Action (VCA) Indonesia menggelar festival yang diberi tajuk Pesta Raya Flobamoratas (PRF) 2024, di Maumere, Kab. Sikka, NTT. Rangkaian acara tersebut diselenggarakan mulai 24 hingga 28 September 2024.
Dengan mengangkat tema ‘Suara Bae dari Timur’ PRF 2024 ingin mendekatkan isu perubahan iklim kepada masyarakat luas, khususnya di NTT. Festival ini menampilkan kerja-kerja komunitas di tingkat tapak, dalam kerja-kerja membangun berbagai solusi dan aksi iklim berbasis lokal, serta menjadi ruang ekspresi untuk menyuarakan isu perubahan iklim.
“Melalui pendekatan seni dan budaya, kami berharap isu perubahan iklim jadi lebih mudah dipahami oleh masyarakat luas,” ujar Brian Benedicto, ketua panitia PRF 2024.
Brian menjelaskan pemilihan tema ‘Suara Bae dari Timur’ karena ingin menunjukan berbagai solusi dan aksi yang dilakukan oleh banyak komunitas di NTT dalam merespons masalah krisis iklim. Menurutnya, solusi dan aksi yang dilakukan lahir dari kearifan lokal yang selama ini masih terjaga di NTT.
Berbagai contoh solusi dan aksi iklim yang muncul di tingkat tapak di NTT di antaranya adalah penanaman bambu betung untuk penyerapan mata air, penanaman mangrove untuk menahan ombak laut, penanaman dan pengelolaan pangan lokal, hingga berbagai aksi kampanye untuk membangun kesadaran publik tentang krisis iklim.
“Saya merasa penting bagi pemerintah di berbagai tingkat untuk mendengar aspirasi dan memberikan dukungan terhadap aksi-aksi yang kami lakukan. Karena kami atau kita adalah warga yang paling rentan dan paling terdampak langsung kriris iklim,” ujar Servasius Sidin, salah satu peserta local champions camp yang dilakukan oleh VCA Indonesia pada 24-25 September 2024.
Menambahkan pandangan Brian, Arti Indallah Tjakranegara dari VCA Indonesia – Yayasan Humanis, melihat bahwa hari ini dan kemungkinan ke depan, NTT akan menjadi daerah yang diincar oleh investasi. Berbagai Proyek Strategi Nasional muncul. Mulai dari pembangunan infrastruktur, wisata premium di Labuan Bajo, hingga proyek gheotermal di Manggarai.
Arti merasa VCA Indonesia perlu memberikan narasi tanding tentang NTT. Bahwasanya, dalam pembangunan perlu membawa manfaat yang lebih baik bagi komunitas di sekitar. Termasuk dalam hal merespons krisis iklim yang memberikan ruang dan pemenuhan hak masyarakat di tingkat tapak untuk melakukan berbagai aksi iklim berbasis lokal.
“Banyak solusi krisis iklim yang memberi manfaat bagi komunitas yang harusnya didukung oleh pemerintah,” ucapnya.
Menutup pernyataannya, Arti menyampaikan berbagai upaya advokasi kebijakan dari VCA Indonesia untuk mendapat rekognisi dari pemerintah atas aksi-aksi iklim yang dilakukan komunitas di tingkat tapak. Ia juga menegaskan bahwa isu krisis iklim ini tidak berdiri sendiri, namun berkelindan dengan isu kesehatan, perempuan, ekonomi, dll, sehingga perlu direspons secara luas.
“Akan ada dialog dan pertemuan dengan pemerintahan yang baru, terkait dengan kebijakan-kebijakan atas krisis iklim di saat ini dan di masa mendatang,” pungkasnya. (*/ab)