Angdes di Lembata Terbalik karena Jalan Rusak, Warga Tagih Janji Victory-Joss

Kondisi Angdes San Pedro rute Lewoleba-Lamalera yang terbalik / Foto: BN

Lewoleba, KN – Mobil angkutan pedesaan milik Gereja St. Petrus dan Paulus Lamalera mengalami kecelakaan di Dusun Kluang, Desa Belabaja, Kecamatan Nagawutun, Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur, Minggu 24 April 2021, sekira pukul 19:00 wita.

Kecelakaan disebabkan as payung mobil patah karena kondisi jalan yang menghubungkan Kota Lewoleba dan Desa lamalera sangat memprihatinkan. Peristiwa itu mengakibatkan puluhan penumpang mengalami luka serius.

Bidan Desa Labalimut Astrid Labaona mengatakan, kejadiaan tersebut tidak jauh dari gedung Pustu dan Kantor Desa Belabaja, sehingga para korban langsung ditangani.

“Saat mobil mendaki di jalan menuju gedung bekas SD Inpres Labalimut di Bunga Belang, as payung patah lalu mobil terbalik. Sehingga para korban dan penumpang seluruhnya langsung dibawa ke Kantor Desa lalu kami tangani,” ujar Astrid usai menangani korban.

Dia menjelaskan, seorang korban atas nama Udis mengalami pendarahan hebat, sehingga pihaknya memutuskan untuk dirujuk ke Kota Lewoleba untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut.

“Nenek Udis mengalami luka serius. Kalau bergerak darah keluar terus. Mungkin saat mobil terbaik, terjadi benturan keras, sehingga kami putuskan dirujuk ke Lewoleba. 17 orang luka lecet, tiga lainnya mengalami luka sobek sehingga kita tangani saja,” jelasnya.

Mantan Kepala Desa Belabaja, Ferdinandus Perawin Mudaj, mengakui kalau ruas jalan dari Desa Belabaja dan Labalimut menuju Desa Puor, Imulolong, Pesiwatu dan Lamalera kondisinya sangat memprihatinkan, karena sama sekali tidak diperhatikan pemerintah setempat.

Padahal, Wakil Gubernur Nusa Tenggara Timur, Josef A. Nae sudah menjanjikan akan bersama Gubernur Vikor Bungtilu Laiskodat untuk memperhatikan ruas jalan Lewoleba menuju desa nelayan Lamalera.

“Di hadapan saya selaku Kepala Desa dan warga masyarakat Boto di depan rumah adat suku Mudaj di dusun Kluang, Desa Belabaja, Pak Josef menyampaikan bahwa dia bersama Pak Viktor sudah berkomitmen membangun jalan dari Lewoleba menuju Lamalera yang merupakan destinasi wisata internasional,” kata Fredy Mudaj.

Tokoh masyarakat Belabaja, Titus Wolo Deona menambahkan, ruas jalan dari Lamalera menuju Boto baru dilewati Gubernur Viktor Laiskodat dan rombongan saat berkunjung ke Lembata beberapa bulan lalu.

Sekembalinya dari Lamalera malam hari, Gubernur Laiskodat dan rombongan melewati Desa Posiwatu, Imulolong, Puor, Belabaja, Labalimut dan Atawai menuju wilayah pantai di Desa Idalololong dan Penikenek lalu ke Lewoleba.

“Saat kampanye Pak Wakil Gubernur Josef Nae Soi, menyatakan bersama Pak Viktor Laiskodat berkomitmen membangun ruas jalan Lewoleba menuju Lamalera dengan dana APBD I,” kata Titus Wolo.

BACA JUGA:  RUPS Bank NTT, Pemegang Saham Sepakati KUB dengan Bank DKI

Komitmen itu disampaikan Viktor Laiskodat dan Josef Nae Soi setelah dia menyampaikan langsung kondisi jalan, saat sesi tanya-jawab bersama warga di depan rumah adat suku Mudaj.

“Saya percaya beliau dan Gubernur adalah tipikal pemimpin yang tak akan pernah lupa dengan janjinya kepada warga masyarakat dan kami sesepuh desa,” sambungnya.

Sementara Warga Belabaja, Ansel Deri mengakui 21 tahun Lembata menjadi daerah otonomi, kondisi jalan Lewoleba menuju Desa Lamalera sangat memprihatinkan, selama kepemimpinan Bupati Eliazer Yentji Sunur dan Wakil Thomas Ola Langoday.

Menurutnya, tahun lalu Gubernur Viktor Laiskodat sudah membantu Lembata melalui APBD NTT untuk membenahi ruas jalan Lewoleba menuju Lamalera.

Bantuan anggaran pembangunan jalan bersumber APBD NTT yang diarahkan dari Desa Pasir Putih menuju Lewopenutung.

“Bisa saja itu diarahkan Bupati karena ada aset milik daerah berupa lahan di Pantai Pata Pu’u yang dibeli daerah antara Lolong dan Tewaowutung,” kata Ansel Deri

Memperingati HUT ke-21 Otonomi Lembata tahun 2021, ruas jalan Pasir Putih menuju wilayah selatan Lembata seperti Idalololong, Lusiduawtun hingga Lamalera, memang sangat buruk sehingga Pak Gubernur prioritaskan anggaran itu ke sana. Pihaknya berharap ruas Lewoleba menuju Lamalera juga mendapat perhatian provinsi.

“Seluruh Lembata tahu. Wilayah selatan itu pusat hasil niaga dan pertanian Lembata. Bencana erupsi gunung Ile Lewotolok akhir November 2020 dan musibah banjir lahar dingin awal April 2021 sangat menyulitkan lalu lintas angkutan pedesaan mengirim bantuan untuk para korban bencana. Kalau terjadi kecelakaan angkutan pedesaan, tentu selalu jadi keprihatinan sekaligus kenikmatan bagi warga. Sialnya, Pemerintah Kabupaten Lembata seolah tutup mata,” tegas Ansel Deri

Katanya, lokasi kejadian San Pedro di ujung kampung Kluang itu juga dilewati Pak Gubenur NTT dan rombongan saat kembali dari Lamalera. Pak Gubernur bisa marah kalau saat itu beliau melewati desa-desa seperti Lamalewar, Belame, Watokobu (Belang) hingga Lewoleba.

“Kondisi sangat buruk tapi itulah yang dinikmati selama 21 tahun Lembata menjadi kabupaten penuh lepas dari Flores Timur,” tandasnya.

Untuk diketahui, puluhan penumpang korban sementara ditampung di kantor desa. Pihak pemerintah bersama masyarakat desa bahu membahu mengumpulkan makanan dan minuman untuk makan malam, sebelum dikembalikan pada esok hari. (BN/KN)