Oleh: Nur Sa’adah Nubatonis
Mahasiswi Magister Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan Universitas Gadjah Mada
Beberapa bulan terakhir ini masyarakat Indonesia dan khususnya Nusa Tenggara Timur mengeluhkan masalah melonjaknya harga bahan pokok beras. Menurut Molo (2023), tingginya harga beras ini membawa kesedihan bahkan duka bagi masyarakat di Nusa Tenggara Timur (NTT). Contohnya, harga beras di Kabupaten Sikka-NTT yang awalnya berada pada kisaran Rp 13.000 per kilogram mengalami kenaikan hingga mencapai Rp 15.000 per kilogram. Bahkan menurut Ama (2023), harga bahan pokok berupa beras di beberapa daerah terpencil di Alor mencapai Rp 25.000 per kilogram. Kenaikan harga beras ini dipengaruhi oleh banyak faktor seperti faktor iklim yang berkaitan dengan fenomena El-Nino yang berdampak pada penurunan produksi padi.
Faktor lain yang tidak dapat dipungkiri adalah krisis global yang juga menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya pemberhentian sementara ekspor beras oleh negara-negara penghasil beras (Khudori in Puspaningtyas, 2023). Krisis global ini diantaranya berkaitan dengan ekonomi dan perang. Peperangan terjadi antara Ukraina dan Rusia, Genocida yang terjadi di Palestina, konflik Tiongkok dan Taiwan, Amerika dan Tiongkok, India dan Tiongkok serta konflik-konflik dunia lainnya yang terjadi di Eropa seperti Serbia vs Kosova. Peperangan dan konflik bersenjata lainnya memberikan tekanan pada negara-negara di dunia dan secara langsung mengalokasikan anggaran yang lebih besar pada sektor keamanan. Kebijakan ini berakibat pada berkurangnya alokasi anggaran pada bidang lainnya seperti pembangunan infrastruktur, pendidikan, kesehatan dan lain sebagainya.
Sementara itu, konflik non bersenjata seperti perang dagang antara negara-negara di dunia dapat berdampak pada sektor ekspor dan impor yang juga masih berkaitan dengan kenaikan bahan pokok akibat terbatasnya pasokan bahan pokok. Krisis global ini adalah salah satu permasalahan yang perlu menjadi perhatian bagi masyarakat dunia karena fenomena ini bahkan dapat berdampak pada kehidupan masyarakat sehari-hari.
Menurut World Uncertainity Index (2023), pada quartal II tahun 2023 indeks ketidakpastian global masih cukup tinggi yakni sebesar 30.70. Kondisi ini memaksa negara-negara di dunia untuk bersiap siaga dalam segala kondisi yang dapat menimbulkan permasalahan pada bidang sosial ekonomi.
Krisis global lainnya yang perlu dikhawatirkan berkaitan dengan perubahan iklim. Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (2023), durasi hujan yang akan terjadi pada periode 2023/2024 akan cenderung menurun atau lebih pendek dibandingkan dengan durasi musim hujan normal. Fenomena ini bahkan terjadi di sebagian besar wilayah Indonesia dengan angka mencapai 62.80%. Durasi musim hujan yang pendek ini dapat menyebabkan bencana kekeringan dan berdampak pada gagal panen dan kelaparan. Sementara itu, persebaran curah hujan juga tidak merata. Ada daerah yang akan memperoleh hujan dengan intensitas ringan namun pada saat yang sama ada daerah yang akan mengalami hujan dengan intensitas tinggi. Intensitas hujan yang tinggi dengan durasi yang lama pada beberapa daerah dapat menyebabkan banjir dan tanah longsor. Fenomena ini dapat menyebabkan terjadinya bencana alam yang juga dapat berujung pada bencana lain seperti gagal panen akibat banjir dan tanah longsor. Bencana gagal panen ini dapat merambah pada dinamika ekonomi dan sosial.
Fenemena lain yang berkaitan dengan isu global adalah perkembangan teknologi.
Lahirnya teknologi Artificial Intelligence (AI), peningkatan jangkauan dan kecepatan penyebaran informasi melaui internet dan berbagai aplikasi atau media teknologi lainnya kini menjadi isu baru yang bahkan menurut beberapa pihak mengancama kemanusiaan. Menurut sejarahwan Yuval Noah Harari dalam berbagai wawancara dan talkshownya menyampaikan berbagai kampanyenya pada masyarakat untuk berhati-hati dengan kemunculan teknologi AI yang mengancam eksistensi manusia. Teknologi AI juga kini banyak digunakan dalam mesin-mesin perang seperti drone perang tanpa awak yang dikendalikan dari jarak jauh. Adapula penggunaan teknologi AI dalam menciptakan berbagai mesin/robot untuk melakukan pekerjaan manusia. Kemunculan robot AI atau mesin-mesin yang menggunakan teknologi AI untuk melakukan pekerjaan manusia juga dikhawatirkan mengancam hilangnya beberapa jenis lapangan pekerjaan. Bahkan, menurut survei yang dilakukan oleh World Economic Forum (2023), diperkirakan bahwa dalam 5 tahun ke depan akan terjadi pertumbuhan lapangan pekerjaan baru sebanyak 69 juta. Pada saat yang sama, terjadi penurunan 87 juta jenis lapangan pekerjaan. Hal ini berartiada sekitar 14 juta lapangan pekerjaan yang akan hilang akibat lahirnya teknologi AI. Hilangnya lapangan pekerjaan berarti menciptakan pengangguran. Masalah pengangguran ini kemudian dapat berdampak pada banyak masalah sosial ekonomi lainnya seperti kejahatan, kemiskinan, penyakit dan lain sebagainya.
Berdasarkan beberapa isu krisis global di atas, lalu seperti apa manusia harus bersikap dan memandang keberlanjutan masa depan dunia ini? Atau kita dapat kembali pada pertanyaan refleksi kita bahwa masih adakah harapan bagi dunia di tengah gempuran krisis global? Jawaban dari pertanyaan ini tentu saja akan bersifat subyektif. Tergantung apakah saya, anda, kita semua termasuk dalam golongan pesimis tau optimis? Saya sendiri akan melihatnya dari kacamata golongan optimis yang percaya bahwa tentu saja masih ada harapan yang positif bagi dunia ini. Manusia pada dasarnya telah diciptakan dengan kemampuan adaptasinya yang sangat baik. Berbagai bencana besar baik bencana ala, peperangan, penyakit, krisis ekonomi dan lain sebagainya telah dilalui oleh manusia. Covid-19 contohnya, adalah salah satu bencana terbesar yang terjadi dalam kurun waktu 5 tahun terakhir dan membawa dampak pada perubahan global yang cukup siginifikan. Bencana ini menyebabkan hampir seluruh bidang aktivitas manusia lumpuh total. Manusia diisolasi dalam rumah-rumah mereka, bahkan dalam kamar-kamar mereka terkurung sendirian dalam keadaan sakit. Akan tetapi, dengan adanya teknologi seperti internet memungkinkan manusia masih dapat berbagi kabar dan meminta atau memberikan bantuan dari jarak jauh. Berbagai jenis pekerjaan yang sempat berhenti karena pandemi covid kemudian dapat dikerjakan jarak jauh dengan bantuan teknologi komputer, aplikasi meeting dan internet. Kegiatan belajar mengajar bahkan diagnosis beberapa penyakit ringan dilakukan secara online (jakar jauh). Bahkan beberapa model kehidupan kota yang awalnya cenderung individualis kembali pada model-model sosialisasi zaman dulu dimana manusia hidup bersosialisasi dan saling tolong menolog antar sesama manusia bahkan yang tidakdikenal sekalipun. Oleh karena itu, kelahiran teknologi yang sekilas masih dapat kita lihat dari kacamata positif lainnya. Lapangan pekerjaan yang hilang akan tetap memaksa manusia untuk menemukan berbagai jenis pekerjaan atau aktivitas baru. Masalah ini juga tidak akan menjadi masalah satu pihak tetapi juga menjadi masalah dunia. Seluruh dunia ikut memikirkan masalah ini sehingga solusi-solusi akan tersu berdatangan. Jiwa manusia yang diciptakan kompetitif akan membuat manusia survive. Manusia cenderung berpikir kristis dan kreatif disaat ia berada dalam tekanan dan kesulitan yang hari ini bahkan melahirkan teknologi-teknologi yang kita takutkan. Manusia tidak akan ketakutan melainkan akan menciptakan teknologi lain untuk meredam ketakutannya.
Bahan Bacaan:
Ama, Kornelis Kewa. (2023). Harga Beras di Kabupaten Kepulauan NTT Tembus Rp 25.000
Per Kilogram. Diakses dari https://www.kompas.id/ pada 07 Desember 2023, Pukul
16.21 WIB
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika. (2023). Press Release Prakiraan Musim Hujan
2023/2024 di Indonesia. Diakses dari https://www.bmkg.go.id/ pada 07 Desember
2023, pukul 18.22 WIB
Molo, Fransiskus Gerardus. (2023), Lonjakan Harga Beras Bawa Kesedihan bagi Masyarakat
NTT. Diakses dari https://mediaindonesia.com/ pada 07 Desember 2023, Pukul 16.18
WIB
Puspaningtyas, Lida. 2023. Harga Beras Kenapa Naik? Berikut Daftar Penyebab Utamanya.
Diakses dari https://ekonomi.republika.co.id/ pada 07 Desember Pukul 17.21 WIB
World Economic Forum. 2023. The Future of Jobs Report 2023. Diakses dari
https://www.weforum.org/ pada 07 Desember 2023, Pukul 18.22 WIB.
World Uncertainity Index (WUI). 2023. Global. Diakses dari
https://worlduncertaintyindex.com/ pada 07 Desember 2023, pukul 17.22 WIB