Daerah  

Jadi Calon Ketua Sinode GMIT, Pdt Yandi Berkomitmen Hadirkan Kerajaan Allah di Tengah Umat

Pdt Yandi Manobe (Foto: Ama Beding)

Kupang, KN – Pendeta (Pdt) Joseph Anderias Manobe atau akrab disapa Pdt Yandi Manobe menjadi salah satu calon dalam kontes pemilihan Ketua Sinode GMIT periode 2024-2027.

Pdt. Yandi, yang memiliki ketenaran di berbagai platform media sosial ini akan bersaing dengan dua pendeta lainnya untuk menjadi Ketua Sinode GMIT.

Dalam pertemuan dengan awak media ahad pekan silam, Pdt. Yandi Manobe menegaskan komitmennya untuk memimpin Sinode GMIT dengan bertanggung jawab dan mengutamakan kemuliaan Tuhan.

Menurut Pdt. Yandi Manobe, tanggung jawab utama dari gereja adalah meliputi dua aspek penting, yakni jasmani dan rohani.

“Jadi ada dua hal yang diurus oleh gereja, yaitu ibadah dan aspek pastoral serta peribadatan,” kata Pdt. Yandi Manobe kepada wartawan.

Dia menjelaskan, pada dasarnya, peran utama gereja juga adalah membawa kehadiran Kerajaan Allah di tengah-tengah umat.

Ia menerangkan, Kerajaan Allah selalu berhubungan dengan pemerintahan Allah, yang penuh keberhihakan, kasih dan keadilan.

“Sehingga disitu orang melihat ada keadilan, cinta serta damai sejahtera. Dan itu adalah pesan utama dari gereja,” ungkapnya.

Pdt. Yandi mengatakan, jika merujuk pada Alkitab, Tuhan memang mengasihi umat-Nya, sehingga dia menempatkan gereja sebagai representasi dari Kerajaan Allah ditengah dunia.

“Supaya gereja memiliki tugas untuk mengurus dan menjaga damai sejahtera, serta menjadi tanda tanda Kerajaan Allah di dunia,” ungkapnya.

BACA JUGA:  Pemprov NTT-Global Katalyst Teken MoU Pengiriman 3500 Lulusan SMA/SMK ke Jerman

Dalam konteks gereja, Pdt. Yandi menekankan pentingnya respon yang tulus terhadap permasalahan yang ada di dalam gereja.

Ia juga mengajak pemimpin gereja untuk tidak bersikap seperti Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) atau lembaga lain yang tidak memiliki daya pengaruh

Sebaliknya, kata dia, pemimpin gereja harus mendekati setiap masalah dengan penuh keberpihakan, tanpa misi tertentu, apalagi untuk kepentingan pribadi.

Pdt. Yandi juga menyoroti perlunya kolaborasi dalam gereja. Menurutnya, gereja telah lama mengenal konsep persekutuan, yang menggambarkan gereja sebagai satu tubuh dengan banyak anggota yang memiliki fungsi yang berbeda.

“Jadi semua anggota gereja, tanpa terkecuali, memiliki peran penting dalam membangun komunitas atau jemaatnya,” jelasnya.

Pdt. Yandi juga berbicara tentang perluasan ajaran dan pemahaman gereja, yang berhubungan dengan kreativitas dalam pelayanan gereja.

Dia menggarisbawahi pentingnya membuka diri terhadap perkembangan dan tantangan yang ada dalam masyarakat dan teknologi.

Selain itu, Pdt. Yandi mengajak para pendeta dan pekerja pelayanan untuk merenungkan eklesiologi dan teologi dalam konteks Indonesia.

Ia menambahkan, setiap pendeta harus memahami ajaran gereja dengan baik dan mampu mengkomunikasikannya secara jelas kepada umat atau jemaatnya. (*)