Cerita Kampung Mano di Balik Kegiatan FPIC Tim PLN

Cerita Kampung Mano di Balik Kegiatan FPIC Tim PLN (Foto: Yhono Hande)

Ruteng, KN – Selama bertahun-tahun Warga Kampung Mano, Desa Mocok, Kecamatan Satar Mese, Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur (NTT) belum pernah menikmati aliran listrik Perusahaan Listrik Negara (PLN).

Mereka hidup dalam kegelapan tanpa listrik PLN, sedangkan sebagian warga yang berada di sekitar mereka telah menikmati sentuhan PLN sejak tahun 2017 silam.

Meski ada aliran listrik Genset, namun itu hanya dinikmati oleh segelintir orang. Bahkan beberapa dari mereka masih menggunakan minyak lampu pelita untuk penerangan saat malam tiba, yang cahayanya hanya sebatas ruangan kecil.

Belum lagi anak-anak sekolah yang perlu belajar di malam hari tentu membutuhkan penerangan yang memadai.

Selain lampu pelita, sebagian warga yang hidup di wilayah tersebut juga menggunakan panel surya, untuk membantu mereka menerangi gelapnya malam.

Selain harus menerima kenyataan pahit karena belum mendapat listrik, warga Kampung Mano juga selalu dihadapkan pada sulitnya akses jalan dan jarak tempuh yang jauh menuju pusat Desa Lungar.

Jalan batu menuju Kampung Mano berjarak sekitar 7 kilo meter. Jalan tersebut tampak parah, karena bergelombang dan sudah sangat lama tidak pernah mendapat perhatian.

Untuk menuju kedua kampung ini membutuhkan waktu sekitar 1 jam perjalanan dari Desa Lungar dengan dengan jarak sekitar 8-10 KM.

Kamis, 28 November 2023, pagi Koranntt.com dan jurnalis lainnya, bersama tim dari PT PLN UIP Nusra bertolak menuju kampung Mano, Desa Lungar.

Kehadiran Tim PLN ini guna melakukan sosialisasi Free Prior Informed Consent (FPIC) atau persetujuan atas dasar informasi di awal tanpa paksaan (PADIATAPA) perluasan PLTP Ulumbu unit 5-6 Poco Leok.

Sekira pukul 12:54 siang tim pun tiba di lokasi itu, mereka disambut dan diterima secara adat Manggarai.

Dengan raut senyum, seorang warga di sana dengan sontak menyebutkan
“Pak, hop itan lite beo dami hot toe ma listrik ga agu jaringan (pak, ini sudah kondisi di wilayah kami yang tidak ada listrik maupun sinyal internet),” kata warga itu.

BACA JUGA:  Julie Sutrisno Gandeng PTTEP Bangun Fasilitas Air Bersih di Kabupaten Ngada

Senyum para tua adat bersama masyarakat kampung pun nampak cerah, sebab bagi mereka kehadiran dari para Tim PLN dalam kegiatan tersebut seolah menjadi tanda awal akan hadirnya terang listrik nantinya.

Dalam kesempatan ini pula warga menyampaikan beberapa permintaan atau usulan lebih khusus listrik dan usus-usulan lain yang harus dipenuhi oleh pihak PLN UIP Nusra.

Kegiatan FPIC dari PLN pun berjalan aman, meski banyak sekali kekurangan yang ditemukan, seperti saund sistem yang lazimnya digunakan pada kegiatan serupa di beberapa tempat kegiatan lainnya. Tapi itulah kondisinya.

Dalam kegiatan ini tim PLN memaparkan manfaat-manfaat proyek strategis nasional Geothermal kepada masyarakat. Hal ini diharapkan menjadi dasar pikiran untuk masyarakat, sebelum mengambil keputusan mendukung atau menolak pembangunan tersebut tanpa paksaan atau intimidasi.

Di hadapan peserta yang hadir, tim PLN mengatakan, Geothermal atau panas bumi merupakan energi alternatif yang ramah lingkungan.

Walaupun, faktanya aktivitas-aktivitas tambang geothermal hanya memberikan dampak kecil pada lingkungan, dibandingkan aktivitas-aktivitas pertambangan yang lain.

“Yang membedakan aktivitas geothermal dan Migas adalah kandungan yang diambil dari dalam bumi. Pada Migas, yang diambil adalah minyak dan gas. Sementara, pada Geothermal, yang diambil hanyalah uap panas yang dihasilkan bumi. Kalaupun ada air, yang sangat dibutuhkan dalam geothermal tetap akan dikembalikan ke dalam perut bumi,” kata Sandro Ginting tim dari PLN.

Sementara, terkait usulan atau permintaan dari masyarakat pihak PLN telah menerima dan menyambut baik, sehingga usulan-usulan tersebut telah dirangkum dan dibuatkan dalam bentuk berita acara agar menjadi perhatian khusus oleh PLN.

Dalam kegiatan itu masyarakat juga menyetujui terkait perluasan PLTP di wilayah mereka. (*)