Daerah  

Elcid Li Bantah Ajak Rektor Undana Adu Jotos

Rektor Undana, Prof. Fred Benu yang naik pitam saat pembahasan pengelolaan laboratorium biokesmas di RS Undana Kupang / Foto: IH

Kupang, KN – Rektor Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang, Prof. Fred Benu, nyaris adu jotos dengan perwakilan Forum Academia NTT (FAN), Elcid Dominggus Li dalam pertemuan rencana pemindahan laboratorium biomolekuler kesehatan masyarakat (Biokesmas) Provinsi NTT.

Rektor Fred Benu naik pitam, usai terlibat perdebatan panas dengan perwakilan FAN NTT, Elcid Le di Rumah Sakit (RS) Undana Kupang, yang sekarang dimanfaatkan sebagai laboratorium biokesmes NTT.

Dalam perdebatan, Fred Benu bersikeras untuk tetap menutup laboratorium yang telah diresmikan Gubernur NTT pada 16 Oktober 2020 lalu itu.

“Kamu mau pukul saya b*****t,” ucap rektor Fred Benu saat terlibat cekcok dengan Elcid Li, Selasa 24 Agustus 2021.

Saat ditenangkan dan dilerai oleh para hadirin yang mengikuti pertemuan, Fred Benu tetap menegaskan bahwa, akan tetap menutup laboratorium itu.

Sementara Perwakilan FAN NTT, Elcid Li membantah dirinya mengajak Rektor Undana Kupang, Prof. Fred Benu untuk ribut, dalam pertemuan rencana pemindahan laboratorium biomolekuler kesehatan masyarakat (biokesmas) NTT.

Menurut Elcid, dirinya tidak sedang menantang rektor Undana untuk berkelahi secara fisik. Namun hanya meminta agar perdebatan dilakukan secara ilmiah dan akademik saat pembahasan rencana pemindahan laboratorium.

“Ini ada ide, ada gagasan, tidak dalam konteks perkelahian fisik. Tidak ada niat untuk menantang rektor Undana berklahi secara fisik, tapi menunggu rektor Undana Fred Benu untuk berdebat secara ilmiah,” jelasnya.

Dia menjelaskan, keputusan yang diambil rektor Undana untuk menutup laboratorium tidak sepenuhnya didukung oleh semua civitas akademik Undana Kupang. Bahkan laboran yang bekerja di laboratorium merupakan alumni Undana Kupang.

BACA JUGA:  Warga NTT Diimbau Waspada Hujan Lebat Beberapa Hari ke Depan

Ia menuturkan, gestur perdebatan orang NTT dengan hal seperti ini merupakan hal yang biasa. Ia menyebut tidak ada catatan kriminal dan hukum dari dirinya.

“Saya pantang arogansi kebrutlalan kekuasaan demi pelayanan gratis demi warga negara disaat pandemi, tanpa kompromi,” tegas Elcid.

Hadirnya laboratorium, kata dia, telah memberi dampak baik bagi masyarakat yang sulit untuk mendapat layanan PCR. Keberpihakan yang dilakukan hanya semata untuk keselamatan masyarakat dan bukan untuk orang lain.

Bagi Elcid, dengan cara yang cerdas akan memberikan dampak positif, serta membawa masyarakat keluar dari ancaman COVID-19. Sehingga dengan membatasi ruang gerak langkah pencegahan COVUD, maka akan menambah beban bagi masyarakat. Sebab, masyarakat tidak tahu akan mengadukan permasalahan tersebut.

“Saya klarfikasi sekalai lagi tidak ada niat untuk berkelahi dengan pak rektor. Argumentasi, tetapi eskpresinya berdiri,” tandasnya.

Sementara Pendeta Emi Sahertian yang juga hadir dilokasi kejadian, menyebutkan, pihak FAN tidak sedang berupaya untuk menantang perkelahian dengan rektor Undana.

Emi menerangkan, dirinya berada persis ditengah, dan berusaha untuk melerai keributan tersebut dan kembali ke subtansi persoalan dengan tetap berdebat secara akademik.

“Saya berpikir Elcid dan teman-teman ini dengan nada tinggi ini karena membawa suara rakyat. Pool test dan dalam kebijakan ini ditunda ini yang terjadi,” jelasnya.

Dia mengaku reaksi terhadap kritik yang diberikan seharusnya dibalas dengan kritik ilmiah sehingga tidak terjadi hal yang sepatutnya tidak terjadi.

Pendeta Emi bahkan menawarkan dirinya jika ingin berkelahi, ia siap meladeni sebab debat imliah seharusnya lebih diutamakan dalam mengambil keputusan. (*)