Kisah Pria Tamatan SD di Manggarai, Punya Bisnis Beromzet Ratusan Juta

Simon Osong / Foto: Yhono

Ruteng, Koranntt.com – Simon Osong (44), pria asal Desa Kajong, Kabupaten Manggarai, NTT sukses meraup omzet ratusan juta rupiah per tahun dari hasil penjualan sapi.

Bermodal ijazah Sekolah Dasar (SD), Simon Osong sukses menjalani bisnisnya sejak Tahun 2011. Dulu, ia memutuskan untuk tidak melanjutkan sekolahnya setelah lulus SD, lantaran ingin menjadi pengusaha ternak yang sukses

Cita-cita masa kecil Simon pun menjadi kenyataan. Kini ia sukses meraup keuntungan dari bisnis ternak sapi dengan omzet sebesar Rp200 Juta per tahun.

“Meski saya tidak melanjutkan sekolah seperti teman-teman saya dulu, namun itu tidak mematahkan semangat saya untuk bermimpi bisa menjadi peternak sukses,”  ujar Simon kepada wartawan, Sabtu 6 Februari 2021.

Sebelumnya, Simon pernah merantau mengais rezeki di tanah orang, sebelum berpikir untuk pulang ke kampung halaman dan memilih menjadi peternak. Ia mengaku terinspirasi dari Alm ayahandanya yang juga seorang petani dan peternak.

“Ini terinspirasi dari Almahrum Bapak. Karena dulunya Bapak juga petani dan peternak. Jadi ya, sudalah saya lanjutin,” jelasnya kepada wartawan.

Pria yang dikenal akrab dengan semua orang ini menyampaikan, jika ia memelihara ternak sapi sebanyak 200 sampai 300 ekor, maka keuntungan yang diperoleh bisa mencapai Rp100 Juta per tahun.

“Dalam setahun, saya pelihara sapi 200 sampai 300 ekor. sekarang yang ada di kandang hanya 50 ekor, karena disini hanya transit sementara. Sementara harganya berkisar 4 hingga 10 juta, dengan pembeli berasal dari Bima, Jeneponto bahkan ada yang dari pulau Jawa,” ungkapnya.

BACA JUGA:  Usai Dilantik, Hery-Fabi Disambut Ribuan Pendukung di Perbatasan Manggarai

Untuk kelancaran bisnisnya, Simon mempekerjakan 4 orang karyawan dan digaji setiap bulan. Tugas mereka adalah merawat ternak, serta mengangkat air untuk ternak yang dilepas bebas di atas lahan seluas 3 Ha.

Saat musim hujan, Simon tetap menjaga dan merawat ternaknya untuk tetap dalam kondisi sehat serta bebas dari penyakit. Karena sebelumnya sebanyak 5 ekor sapi miliknya mati karena penyakit.

“Musim hujan seperti sekarang sangat rentan sekali dengan penyakit. Seperti menceret, kulit terlihat seperti gatal-gatal. Bahkan sampai ada yang mati. Sebelumnya 5 ekor mati dan saya rugi Rp20 Juta,” katanya.

Untuk tahun ini, kata dia, belum ada sapi yang mati karena penyakit. “Muda-mudahan tidaklah. Karena untuk perawatan dan proses pengobatan penyakit sapi, saya mencari sendiri di mantri hewan,” terangnya.

Simon berharap agar perkembangan usaha ternaknya dapat berjalan lebih baik dari sekarang. Ia juga membutuhkan campur tangan berupa bantuan dari pemerintah, karena hingga kini belum ada perhatian khusus dari pihak pemerintah.

“Kita harap pemerintah untuk memperhatikan dan mesosialisasikan cara beternak yang baik. Selain itu, ia juga bersedia mengajarkan anak muda yang tertarik ingin mengikuti langkahnya sebagai seorang pebisnis dan peternak,” imbuhnya. (YH/AB/KN)